Survei tersebut juga mencakup pertanyaan tentang dari mana orang mendapatkan berita. Ini memungkinkan peneliti untuk menghilangkan keyakinan politik sebagai faktor potensial.
"Meskipun kami tidak dapat menyimpulkan bahwa depresi menyebabkan kerentanan ini, melihat data gelombang kedua setidaknya memberi tahu kami bahwa depresi terjadi sebelum informasi yang salah," jelas Perlis, seperti dilansir laman Express, Rabu (26/1/2022).
Baca juga : Cara untuk tidak Ketularan Omicron Seperti Dr Faheem Younus
Pertanyaan misinformasi yang termasuk dalam survei didasarkan pada konspirasi yang populer dan beredar luas. Contohnya termasuk "Vaksin Covid-19 akan mengubah DNA orang", "Vaksin Covid-19 mengandung microchip yang dapat melacak orang", "Vaksin Covid-19 mengandung jaringan paru-paru janin yang diaborsi", dan "Vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kemandulan, sehingga mempersulit hamil".
Di akhir survei, semua peserta diberi tahu bahwa pernyataan tersebut salah untuk memastikan tidak ada yang mengambil keyakinan ini sebagai hasil survei. Para peneliti menyimpulkan bahwa meningkatkan perawatan kesehatan mental juga dapat meningkatkan efektivitas kampanye vaksinasi.