REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan prevalensi stunting pada 2024 sebesar 14 persen. Untuk mencapai target tersebut diperlukan penurunan 2,7 persen per tahun. Salah satu upaya untuk mencegah stunting adalah pemberian zat gizi yang baikm terutama protein hewani.
Bagaimana protein hewani bisa mencegah stunting? Guru Besar Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof Dr drg Sandra Fikawati MPH menjelaskan, stunting menjadi urgen untuk ditanggulangi karena prevalensinya sudah lebih dari 20 persen.
"Untuk menanggulanginya, kita harus tahu penyebabnya dan melalui penyebabnya kita berusaha mencegah sehingga kita bisa berupaya supaya anak-anak tidak menjadi stunting," ujar Prof Sandra yang juga wakil ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Keluarga (PKGK) Universitas Indonesia ini dalam acara webinar Hari Gizi Nasional 2022 #Bergerak Maju Bersama Demi Pemenuhan Gizi Keluarga Indonesia yang Lebih Baik, Selasa (25/1/2022).
Prof Sandra menjelaskan, intervensi stunting meliputi sebelum kelahiran maupun setelah kelahiran. Intervensi sebelum kelahiran dilakukan pada ibu hamil.
Terkait intervensi setelah kelahiran, menteri kesehatan pada Januari 2022 telah menyampaikan pihaknya terus mendorong pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif enam bulan. Selain itu, pemerintah juga akan meningkatkan edukasi mengenai kecukupan gizi untuk makanan pendamping ASI (MP-ASI), terutama protein hewani.
"Saya senang sekali karena sekarang telah terucap bahwa protein hewani menjadi sangat penting untuk bisa mengatasi isu stunting," ujarnya.
Bayi di atas usia enam bulan harus mulai diberi makanan tambahan di samping meneruskan pemberian ASI. Usahakan memberikannya satu butir telur dan susu sebagai intervensi stunting.
"Informasi mengenai pentingnya protein hewani untuk pertumbuhan selama ini kurang digalakkan," ujarnya.
Menurut Prof Sandra yang akrab disapa Fika ini, zat gizi diperlukan guna melakukan kegiatan sehari-hari, memelihara proses tubuh, dan untuk bertumbuh dan berkembang. Salah satu zat gizi yang diperlukan adalah protein yang berfungsi untuk pertumbuhan, massa otot, daya tahan tubuh, dan penyembuhan.
"Untuk mencegah anak stunting, kita harus memberikan konsumsi makanan yang mengandung protein, karena selain untuk pertumbuhan juga penting untuk daya tahan tubuh sehingga anak tidak mudah sakit. Kalau anak sakit, status gizinya akan terganggu," paparnya.
Prof Fika menjelaskan, ada dua jenis protein, yakni protein hewani dan nabati. Protein hewani berasal dari hewan kualitas protein lebih baik. Sedangkan protein nabati berasal dari tumbuhan.
Sumber protein hewani terdiri dari daging, susu, telur, dan ikan. Sementara protein nabati terdiri dari tahu, tempe dan kacang-kacangan.
"Protein hewani memiliki kualitas protein yang lebih baik, berbeda dengan protein nabati," ujarnya.
Prof Fika mengatakan, jika kekurangan protein hewani, tubuh yang kekurangan asupan protein hewani akan mengalami gangguan berkurangnya fungsi hormonal, gangguan regenerasi sel, sistem kekebalan tubuh, dan massa otot. Bila kekurangan protein berlanjut maka akan berdampak pada kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan, seperti terhambatnya pertumbuhan fisik yang dapat menyebabkan stunting dan gangguan kognitif.