REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa bulan terakhir, omicron, varian dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan Covid-19 telah menimbulkan kekhawatiran secara luas. Tak sedikit penelitian yang dilakukan untuk mempelajari tentang penyebaran yang begitu cepat, hingga risiko infeksi ulang akibat varian ini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, dibandingkan varian lain, omicron dapat menimbulkan peningkatan risiko infeksi ulang. Meski demikian, informasi ini masih bersifat terbatas dan didasarkan dari bukti-bukti awal.
"Pertanyaan adalah apakah Anda dapat terinfeksi kembali oleh jenis SARS-CoV-2 yang sama dan sebesar apa kemungkinannya," ujar Michael Dreis dalam pernyataan yang ditulis di GoodRx Health, dilansir NBC Chicago, Kamis (13/1/2022).
Sementara itu, Amesh Adlja dari John Hopkins Center for Health Security mengatakan bahwa tidak jelas bagaimana tingkat kekebalan yang terjadi setelah terinfeksi omicron. Pada pertengahan Desember 2021, sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris menemukan risiko infeksi ulang akibat varian ini lima kali lebih tinggi daripada delta.
Studi yang dilakukan oleh Imperial College di London tidak menemukan bukti bahwa tingkat keparahan akibat infeksi omicron berbeda dari delta. Namun, beberapa peneliti berpendapat penting untuk tidak menginterpretasikan temuan secara berlebihan. Mereka mengatakan, data yang memadai belum tersedia.
Sebuah studi skala besar yang diterbitkan di The Lancet pada Maret 2021 mengungkapkan bahwa penyintas Covid-19 akan terlindungi dari infeksi SARS-CoV-2 selama enam bulan. Studi tersebut juga menyebut bahwa risiko reinfeksi lebih besar pada kelompok usia 65 tahun ke atas.
Reinfeksi diartikan ketika seseorang yang sudah sembuh dari infeksi virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) lalu terinfeksi lagi di kemudian hari. Sementara itu, kemungkinan orang yang telah divaksinasi dengan dosis lengkap untuk terinfeksi juga terbuka mengingat kekebalan yang didapatkannya berkurang seiring waktu.
Para ahli meyakini bahwa tingginya kasus reinfeksi dipengaruhi oleh omicron. Laporan awal dari Inggris menunjukkan bahwa kasus reinfeksi karena omicron meningkat tiga hingga delapan kali lipat dibandingkan dengan varian awal.