REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak ahli yang merekomendasikan pemberian dosis ketiga atau booster vaksin Covid-19 di tengah kemunculan varian Omicron. Berdasarkan laporan terbaru, booster vaksin terbukti dapat memberikan perlindungan tinggi bagi lansia dari ancaman varian Omicron.
Laporan ini didasarkan pada analisis yang dilakukan oleh UK Health Security Agency (UKHSA). Menurut analisis UKHSA, setelah tiga bulan booster diberikan, perlindungan dari risiko perawatan di rumah sakit untuk kelompok usia 65 tahun ke atas tetap berada di angka 90 persen.
UKHSA juga menemukan bahwa suntikan booster juga turut memberikan perlindungan yang tinggi terhadap risiko gejala berat Covid-19. Akan tetapi, perlindungan terhadap infeksi ringan cenderung lebih singkat, di mana tampak ada penurunan menjadi 30 persen setelah tiga bulan booster disuntikkan.
Angka perlindungan terhadap varian Omicron ini jauh lebih baik dibandingkan dengan pemberian dua dosis vaksin Covid-19 saja. Bila hanya memberikan dua dosis vaksin Covid-19, perlindungan terhadap risiko infeksi berat akan menurun jadi 70 persen setelah tiga bulan. Setelahnya, angka tersebut akan menurun menjadi 50 persen setelah enam bulan.
"Data saat ini menunjukkan bahwa dosis booster terus memberikan tingkat perlindungan yang tinggi terhadap infeksi berat, bahkan pada kelompok rentan seperti kelompok lansia," ujar Kepala Joint Committee on Vaccination and Immunisation (JCVI) Inggris, Wei Shen Lim, seperti dilansir Business Today, Senin (10/1/2022).
Mengingat meluasnya penyebaran varian Omicron, Lim sangat menganjurkan diberikannya dosis ketiga vaksin Covid-19 bagi orang yang sudah menjalani vaksinasi lengkap. Bagi yang belum divaksinasi, Lim juga mengimbau agar mereka segera mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19 pertama mereka.
Untuk saat ini, JCVI juga menilai belum ada kebutuhan untuk memberikan booster dosis keempat bagi kelompok rentan. Upaya yang perlu dijadikan prioritas saat ini adalah memberikan booster dosis ketiga untuk semua kelompok usia. Booster dosis keempat hanya dianjurkan bagi kelompok yang sangat berisiko karena memiliki gangguan sistem imun.
Saat ini, Inggris tak hanya menghadapi peningkatan kasus Covid-19 akibat varian Omicron. Negara tersebut juga sedang mengalami masalah karena banyak pekerja di rumah sakit yang harus absen dengan alasan terkait Covid-19. Hal ini sampai membuat personel tentara harus turun tangan memberi bantuan di sebagian wilayah.
Untuk saat ini, diperkirakan ada sekitar 4 persen pegawai rumah sakit yang tidak dapat bekerja karena alasan terkait Covid-19. Bila ditambah dengan jumlah ketidakhadiran akibat sakit, ada sekitar 9 persen pegawai yang tidak bisa hadir. Mungkin sekilas angka tersebut terlihat kecil. Akan tetapi, 4 persen dari pegawai rumah sakit di Inggris saja sudah mencakup hampir 36 ribu orang.