REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Pejabat senior kesehatan masyarakat Afrika merasa terdorong dengan cara Afrika Selatan mengatasi gelombang terbaru Covid-19 yang dipicu varian omicron. Penguncian ketat atau lockdown dinilainya bukan lagi cara jitu untuk membendung virus.
"Kami sangat termotivasi dengan apa yang kami lihat di Afrika Selatan selama periode ini, di mana kami melihat data dalam hal tingkat keparahan," kata direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Afrika (CDC Afrika), John Nkengasong, saat konferensi pers pada Kamis (6/1/2022).
"Masa-masa pemberlakuan penguncian ketat sebagai senjata, berakhir. Kita harus benar-benar melihat bagaimana kita menggunakan langkah-langkah sosial dan kesehatan masyarakat yang lebih hati-hati dan seimbang seiring meningkatnya tingkat vaksinasi," ujarnya.
Afrika Selatan menghadapi lonjakan drastis infeksi Covid-19 sejak akhir November, pada waktu dunia diberikan sinyal oleh varian omicron. Infeksi baru kemudian memuncak pada pertengahan Desember.
Akan tetapi, semenjak itu kasus baru kembali turun dan pemerintah tidak menerapkan lagi pembatasan ketat seperti pada gelombang infeksi sebelumnya. "Jumlah infeksi meningkat tajam, tetapi juga menurun sangat, sangat drastis. Saya rasa itulah pelajarannya bahwa kita mesti belajar dari apa yang telah dilakukan negara-negara Afrika Selatan untuk menangani ini," kata Nkengasong.