REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Novel coronavirus adalah penyakit pernapasan, yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi organ vital lainnya di dalam tubuh termasuk sistem saraf pusat. Penelitian telah menunjukkan bahwa pasien Covid-19 dengan infeksi parah memiliki kemungkinan menderita radang serius, stroke dan kejang di otak.
Gejala seperti kabut otak, sakit kepala, pusing dan penglihatan kabur telah dikaitkan dengannya. Selain itu, sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa sekitar 1 persen pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit cenderung mengembangkan masalah yang terkait dengan otak.
Para peneliti dari Thomas Jefferson University di Philadelphia, AS menganalisis hampir 40 ribu kasus pasien positif Covid-19 yang dirawat di tujuh rumah sakit universitas di AS dan empat di Eropa Barat. Komplikasi yang paling umum adalah stroke iskemik dengan insiden 6,2 persen, diikuti oleh perdarahan intrakranial (3,72 persen) dan radang otak (0,47 persen).
"Banyak yang telah ditulis tentang masalah paru-paru secara keseluruhan yang terkait dengan Covid-19, tetapi kami tidak menemukan studi tentang organ lain yang bisa terpengaruh. Studi kami menunjukkan bahwa komplikasi sistem saraf pusat merupakan penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas dalam pandemi,” kata penulis utama studi Scott H Faro seperti dilansir dari Times of India, Kamis (23/12).
Para pasien telah dirawat antara September 2019 dan Juni 2020. Usia rata-rata mereka adalah 66 tahun dengan gejala paling umum yang dikeluhkan adalah kebingungan, perubahan status mental, dan demam. Banyak pasien memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes.
Ada 442 temuan neuroimaging akut yang kemungkinan besar terkait dengan infeksi virus. Insiden keseluruhan komplikasi sistem saraf pusat pada kelompok pasien besar ini adalah 1,2 persen. Artinya, satu dari 100 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 akan memiliki semacam masalah otak.
"Dari semua pasien rawat inap yang menjalani pencitraan seperti MRI atau CT scan otak, hasil pemeriksaannya positif sekitar 10 persen," kata Faro.
Para peneliti juga menemukan persentase kecil dari temuan yang tidak biasa, seperti acute disseminating encephalomyelitis, radang otak dan sumsum tulang belakang, dan sindrom posterior reversible encephalopathy, sebuah sindrom yang mirip gejala stroke.