REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terdeteksinya varian Omicron di Indonesia mungkin mengingatkan kembali akan peristiwa lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Delta pada pertengahan 2021. Agar situasi yang sama tidak terulang, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran varian Omicron, khususnya di musim libur tahun baru.
Saat itu, lanjut Prof Ari, sebagian bed occupancy rate (BOR) rumah sakit di atas 100 persen, ventilator terbatas, oksigen sempat kosong, dan ada keterbatasan obat-obatan untuk pasien Covid-19. Selain itu, ada pula laporan mengenai pasien meninggal di rumah saat isolasi mandiri. Mereka tak bisa dievakuasi ke rumah sakit saat kondisi memburuk karena banyak IGD rumah sakit yang penuh.
Per Juni-Juli 2021, kasus Covid-19 juga meningkat hingga 1 juta kasus per bulan, yang mana penambahan kasus hariannya mencapai di atas 55 ribu per hari. Masih pada periode yang sama, jumlah tenaga kesehatan yang gugur mengalami peningkatan. Sekitar 39 persen dokter yang meninggal selama pandemi terjadi pada periode Juni-Juli 2021.
"Banyak juga yang sedang mencari ruang rawat inap atau ICU untuk keluarganya yang menderita COVID-19. Ingatlah apa yang terjadi pada kita saat itu," jelas Prof Ari.
Prof Ari sendiri kehilangan sang ayah yang kala itu mengalami sakit jantung dan perlu menggunakan oksigen. Akan tetapi, sang ayah kehabisan oksigen selama 24 jam karena stok oksigen yang terbatas.
"Hingga akhirnya meninggal dunia beberapa hari kemudian dalam perjalanan mencari RS, walau PCR-nya negatif," ungkap Prof Ari.
Saat ini, Indonesia kembali "kedatangan" varian baru yaitu Omicron. Di sisi lain, saat ini sudah memasuki momen libur tahun baru di mana banyak orang mungkin akan berpergian atau berkumpul. Dalam kondisi ini diperlukan adanya beberapa upaya pencegahan agar varian Omicron tak menyebar luas, khususnya menjelang momen tahun baru.