REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebagian warga Amerika Serikat (AS) mengaku cemas dengan lonjakan kasus Covid-19 menjelang masa libur akhir tahun. Pertambahan kasus itu salah satunya dipicu dominasi varian omicron yang menggantikan varian delta.
Orang-orang di seluruh negeri mengungkapkan perasaan deja vu, seolah kembali ke awal 2020. Kala itu tes sulit didapat, sekolah ditutup, dan menjumpai keluarga atau teman terasa seperti risiko, bukan kesenangan.
Setelah bersukaria merencanakan masa liburan, kini ada kemungkinan mereka harus menahan diri. Sebagian mengaku cemas, kecewa, dan frustrasi menghadapi ketidakpastian akibat pandemi.
Salah satunya adalah Melissa Chomintra, asisten profesor di Universitas Purdue, Indiana. Dia telah lama menantikan waktu liburan untuk mengunjungi ayahnya di Las Vegas, tapi dia hampir berubah pikiran sehari sebelum pergi.
Meski sudah divaksinasi dan mendapat suntikan booster, Chomintra khawatir menularkan virus secara tidak sengaja kepada ayahnya. Sementara, sang ayah sangat rentan karena mengidap penyakit paru obstruktif kronik.
"Rasanya seperti masyarakat dihadapkan pada ujian akhir saat liburan ini, dan kita semua membuat pilihan sulit," kata Chomintra, dikutip dari laman NBC News, Rabu (22/12).
Reid Jenkins, seorang musisi yang tinggal di Upper West Side, New York City, dinyatakan positif meski telah divaksinasi lengkap dan mendapat suntikan booster. Hingga Senin (20/12), dia masih dalam pemulihan.
Jenkins optimistis gelombang lonjakan akan berlangsung singkat, namun tetap saja dia kaget. "Saya pikir banyak orang terkejut bahwa ini masih terjadi. Kecepatan (virus) mengambil alih sangat mengejutkan. Rasanya seperti terjadi dalam semalam," ujarnya.
Pemerintah lokal dan profesional medis sekali lagi menekankan pentingnya menjaga protokol kesehatan. Anjuran itu yakni mendapat vaksin, melakukan tes, memakai masker, menjaga jarak sosial, mencuci tangan, dan menghindari keramaian.
Pejabat kesehatan juga menggencarkan informasi mengenai efektivitas booster. Akan tetapi, hingga kini hanya sekitar 61 juta orang di AS yang telah mendapatkannya, kurang dari sepertiga populasi yang memenuhi syarat.
Dengan adanya lonjakan kasus, permintaan warga untuk mendapat booster ikut meningkat. Pada Senin (20/12), Steve Holland menunggu hampir satu jam untuk mendapatkan dosis ketiga vaksin Moderna di apotek Walgreens yang penuh sesak di Houston.
"Saya melakukan ini agar saya dapat melihat cucu-cucu saya untuk Natal. Saya tidak terlalu khawatir secara pribadi," ungkap pria 54 tahun itu.
Antrean vaksinasi bukan satu-satunya yang muncul seiring dengan penambahan jumlah kasus. Banyak orang juga berbondong-bondong melakukan tes Covid-19 karena akan bepergian untuk berjumpa keluarga di masa liburan.
Warga Los Angeles, Talia Placencia, perlu mengantre lama untuk mendapatkan tes Covid-19. Perempuan 30 tahun itu pernah dinyatakan positif dan hendak memastikan bahwa penyakitnya telah berlalu sebelum berjumpa keluarga.
Dia merasa kembali ke masa-masa saat harus menjalani isolasi mandiri. "Lucu berada di sini begitu lama dan masih belum benar-benar tahu bagaimana menjalani hidup. Saya merasa sangat cemas," kata dia.
Dengan semua kekhawatiran yang ada, masih ada orang yang enggan melakukan protokol sederhana. Melody Butler, seorang perawat dari Lindenhurst, New York, frustrasi karena warga di sekitar domisilinya menolak memakai masker.
Menanggapi lonjakan kasus terbaru, Butler dan keluarganya membatalkan perjalanan ke Florida dan membatasi pertemuan keluarga besar. "Saya takut rumah saya menjadi sumber wabah," ucap ibu empat anak itu.