REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Batuk, demam, dan anosmia atau kehilangan penciuman merupakan gejala yang umum ditemukan pada kasus Covid-19. Akan tetapi, ternyata ada gejala lain yang jarang disadari namun lebih sering terjadi dibandingkan ketiga gejala tersebut.
Gejala Covid-19 yang lebih sering terjadi dibandingkan batuk, demam, atau anosmia adalah sakit kepala. Faktanya, sakit kepala merupakan salah satu gejala yang paling awal muncul pada kasus Covid-19.
Hal ini diungkapkan dalam The ZOE COVID Study yang dipimpin oleh profesor di bidang epidemiologi genetik Tim Spector. Meski sakit kepala merupakan gejala yang banyak ditemukan dalam kasus Covid-19, tidak semua kasus sakit kepala berhubungan dengan Covid-19.
Terkait hal ini, peneliti menemukan adanya perbedaan yang cukup signifikan antara sakit kepala akibat Covid-19 dengan sakit kepala bukan karena Covid-19. Menurut tim peneliti, sakit kepala yang terjadi akibat Covid-19 cenderung bersifat sedang hingga berat.
Di samping itu, sakit kepala yang muncul akan terasa berdenyut, menekan, atau menusuk. Seperti dilansir EatThis, sakit kepala akibat Covid-19 cenderung terjadi di kedua sisi kepala atau bilateral dibandingkan hanya satu area saja.
Umumnya, sakit kepala pada kasus Covid-19 berlangsung lebih dari tiga kali. Selain itu, sakit kepala cenderung tidak hilang hanya dengan obat antinyeri biasa.
"Kami tidak tahu mengapa Covid-19 menyebabkan sakit kepala," jelas Spector.
Akan tetapi, Spector dan tim memiliki beberapa hipotesis. Salah satunya, virus mungkin secara langsung mempengaruhi otak sehingga memunculkan gejala sakit kepala.
"Atau itu bisa berkaitan dengan kondisi sakit, seperti dehidrasi atau kelaparan karena tidak makan dan minum secara normal (ketika seseorang sakit)," ungkap Spector.
Selain sakit kepala, Spector dan tim juga menemukan enam gejala Covid-19 lain yang saat ini tampak lebih sering muncul. Dua di antaranya adalah hidung berair dan bersin. Menurut studi, hampir 60 persen pasien Covid-19 yang mengalami kehilangan penciuman juga mengalami hidung berair. Sedangkan bersin akibat Covid-19 biasanya terjadi lebih sering dibandingkan biasanya.