Kamis 09 Dec 2021 00:20 WIB

Usia Dominan Orang yang Terinfeksi Omicron

Orang dengan usia tertentu tampak lebih mungkin terinfeksi omicron.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Madrid, Spanyol. Varian omicron virus corona membuat dunia gelisah karena laporan infeksi terkait dengan strain mutan muncul di lebih banyak bagian dunia.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah pengamatan yang dilakukan di Afrika Selatan menemukan sejumlah fakta terbaru tentang omicron, varian dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan Covid-19. Pengamatan tersebut juga mengungkap usia yang lebih mungkin terkena infeksi varian tersebut.

Menurut Angelique Coetzee, Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, ada tujuh pasien Covid-19 dengan omicron pada 18 November lalu yang dikonfirmasi di negara itu. Sebagian besar dari pasien dilaporkan berusia 40 tahun ke bawah. 

Baca Juga

Di sisi lain, Coetzee mengatakan, sebagian besar pasien tidak mengalami gejala berat dan hanya menderita keluhan ringan. Manifestasi klinis yang paling banyak dilaporkan adalah rasa lelah selama satu atau dua hari.

"Sakit kepala dan nyeri tubuh menyertainya berikut tanda-tanda berkaitan dengan infeksi virus normal," ujar Coetzee, dilansir laman Express.co.uk, Rabu (8/12).

Meskipun ada sedikit kekhawatiran di antara orang dewasa saat ini, Institut Nasional Penyakit Menular (National Institute for Communicable Diseases) mencatat peningkatan angka rawat inap di antara bayi berusia di bawah dua tahun. Sebuah rumah sakit di Tshwane, di Provinsi Gauteng, Afrika Selatan, mencatat ada 52 bayi yang menjadi pasien Covid-19 antara 14 hingga 28 November.

Itu menjadikan bayi sebagai kelompok usia paling banyak ditemukan di Afrika Selatan dengan Covid-19 dari total 452 selama periode tersebut. Meski demikian, para dokter belum memiliki kesempatan untuk mengidentifikasi apakah infeksi mereka didominasi omicron atau tidak.

Ada ketidakpastian tambahan seputar apakah di antara para bayi terkena Covid-19, menyusul kasus flu juga meningkat di Tshwane. Terlepas dari itu, jumlah anak dengan gejala parah akibat Covid-19 masih lebih rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement