REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Sineas James Cameron bersyukur batal menyutradarai film Spider-Man pada 1990-an. Pasalnya, pengalaman itu mendorongnya untuk menggarap sinema orisinalnya sendiri tanpa bergantung pada cerita yang sudah ada.
Dalam bukunya, Tech Noir: The Art of James Cameron, dia menceritakan awalnya sangat ingin mengadaptasi kisah karakter manusia laba-laba itu ke layar lebar. Cameron menyebutnya sebagai "film terhebat yang tidak pernah saya buat".
Sebelum menggarap Terminator 2: Judgment Day pada 1991, Cameron melobi studio, termasuk Fox, untuk memperoleh hak atas kekayaan intelektual (IP) itu. Namun, Sony yang mendapatkannya pada 1998 dan film Spider-Man pertama arahan Sam Raimi rilis pada 2002.
Meski tidak terwujud, Cameron semula hendak menggagas Spider-Man sesuai fantasinya sendiri. Dia ingin membuat sinema pahlawan super yang berbeda, dengan realitas yang lebih berani. Gagal menghidupkan visi itu, tetap ada hikmah terselubung yang dia dapat.
"Saya membuat keputusan setelah Titanic untuk melanjutkan berkarya dengan ide saya sendiri, tidak dengan IP orang lain. Jadi saya pikir itu (batal memfilmkan Spider-Man) mungkin adalah dorongan yang saya butuhkan," ujarnya.
Titanic yang dirilis pada 1997 sukses besar secara komersial, menjadi salah satu film terlaris sepanjang masa, dan memenangkan beberapa Oscar. Film itu akhirnya tergeser dari posisi terlaris sepanjang masa oleh karya Cameron lainnya, Avatar (2009).
Cameron pun mengamankan kesepakatan untuk memproduksi tidak hanya sekuel, tetapi empat film lanjutan dari Avatar. Rencana perilisan yang sempat tertunda akibat pandemi Covid-19 akan tetap dilanjutkan, dilansir di laman Insider, Rabu (8/12).