Ahad 05 Dec 2021 23:40 WIB

Bahaya Kesehatan yang Mengintai Korban Erupsi Semeru

Awan panas dan debu vulkanik berpotensi memicu gangguan kesehatan.

Sejumlah korban luka bakar letusan Gunung Semeru dirawat di RSUD Pasirian, Lumajang, Jawa Timur, Ahad (5/12/2021). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data per 5 Desember 2021 terdapat 13 korban meninggal dunia dan 98 orang terluka dalam bencana letusan Gunung Semeru.
Foto:

Tak hanya bahaya kesehatan di pernapasan, korbam erupsi gunung juga bisa mengalami luka bakar. Ketua Perhimpunan Bedah Plastik Indonesia dr Najat mengatakan, luka bakar dibagi atas klasifikasi besaran luas dan dalam pada luka yang dialami pasien. Contoh luka ringan seperti kecelakaan di rumah saat tersiram percikan air panas atau minyak goreng yang tidak memerlukan perawatan rumah sakit, cukup dengan salep pereda sakit.

Namun, luka bakar dengan klasifikasi sedang hingga kritis memerlukan penanganan khusus. Contohnya luas luka bakar pada dewasa di atas 20 persen atau pada anak 10 persen. 

"Atau kedalaman luka juga ada derajatnya, dangkal hingga dalam yang menggambarkan kerusakan jaringan kulit," ujarnya saat dikonfirmasi di Jakarta.

Najat mengatakan, semakin tinggi suhu dan dan semakin lama kontak sumber panas dengan tubuh, maka luka bakar semakin bertambah dalam. Pada kasus erupsi Gunung Semeru, kata Najat, mayoritas korban menghirup abu vulkanik maupun awan panas hingga membakar jalur pernapasan. Kondisi itu menyebabkan pembengkakan saluran napas sehingga terjadi sesak.

Korban meninggal dunia akibat erupsi Semeru diduga kuat akibat menghirup hawa panas yang mengganggu saluran napas. Kondisi itu sangat cepat membuat seseorang meninggal. 

"Kalau jalan napas tersumbat, hitungan detik pasien sudah meninggal," katanya.

Gejala lanjutan gangguan pernapasan adalah masalah cairan pada pembuluh darah saat tubuh yang terbakar membengkak atau syok. "Masalah pernapasan dan syok adalah pengelolaan di fase awal. Pemberian oksigen dan cairan itu kebutuhan awal. Kalau itu tertangani baru ke luka bakar," katanya.

Pada tahap perawatan luka bakar, kata Najat, bagian jaringan yang rusak butuh dibersihkan. Bagian kulit rusak dioperasi tandur atau cangkok kulit yang hanya bisa dilakukan oleh dokter bedah plastik. Proses penyembuhan luka bakar juga tergantung pada klasifikasi luka yang dialami pasien. 

"Kalau berat sekali tidak tertolong meninggal, kalau sembuh ada potensi cacat. Bisa sampai sebulan untuk tandur kulit, belum lagi kendala penyakit penyerta. Proses penyembuhan bisa terhambat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement