Ahad 05 Dec 2021 06:35 WIB

Penyintas Covid-19 Berisiko Alami Reumatik Autoimun?

Dokter pelajari kemunculan reumatik autoimun yang mengusik penyintas Covid-19.

Ilustrasi penyintas Covid-19. Beberapa laporan ilmiah menyebut, reumatik autoimun dapat muncul pasca infeksi Covid-19.
Foto:

Rudy menyarankan masyarakat untuk tak ragu berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi jika mengalami gejala post-covid syndrome yang menuju kepada gejala reumatik ataupun penyakit reumatik autoimun. Ia mengingatkan, penanganan dini pada gejala dapat membantu mempercepat pemulihan.

Penyakit reumatik terjadi saat ada gangguan yang melibatkan sistem organ muskuloskeletal, yakni sendi, otot, tulang, dan struktur jaringan ikat), dan autoimun. Sementara Covid-19 disebabkan infeksi virus severe acute respiratory syndrome 2 (SARS-CoV-2) yang menimbulkan kelainan atau gangguan pada sistem organ pernapasan dan berbagai sistem organ lainnya.

Para pakar kesehatan masih membahas kaitan penyakit reumatik. terutama kelompok reumatik-autoimun atau penyakit reumatik yang disebabkan autoimun, dengan kondisi pascainfeksi Covid-19. Berbagai laporan dari seluruh pelosok dunia tentang kondisi individu pasca infeksi Covid-19 menunjukkan, lebih dari 50 persen pasien masih memiliki beberapa gejala gangguan muskuloskeletal yang menetap dalam jangka waktu yang cukup lama hingga enam hingga sembilan bulan setelah infeksi.

Kondisi yang dikenal dengan post-Covid syndrome atau long-Covid condition ini sangat mungkin juga disertai gangguan pada sistem organ yang lain, terutama paru dan jantung. Beberapa gejala gangguan muskuloskeletal yang dilaporkan antara lain kelemahan lengan atau tungkai, nyeri otot, nyeri sendi, kekakuan, bengkak dan kesemutan, juga keluhan kelelahan.

Pasien-pasien dengan keluhan-keluhan yang menetap ini bukan hanya pasien yang sebelumnya dengan infeksi Covid-19 sedang atau berat, tetapi juga pasien dengan infeksi yang ringan. Rudy menyebut, terapi pada kondisi post Covid-19 nantinya lebih bersifat simtomatik dan rehabilitatif, baik dengan obat-obatan maupun dengan modalitas terapi fisik atau latihan fisik.

"Para dokter ditantang untuk dapat mengenali kondisi ini dan membedakan dengan kondisi kronis lain, termasuk reumatik autoimun yang memerlukan terapi jangka panjang," kata Rudy.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement