REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyintas Covid-19 atau orang yang sudah pernah terinfeksi virus tersebut belum tentu terlindungi dari varian omicron. Temuan itu diungkap dalam studi yang digagas tim peneliti dari Afrika Selatan.
Menurut para ilmuwan, adanya infeksi ulang lebih mungkin terjadi dengan varian omicron daripada varian virus corona sebelumnya. Hasil penelitian itu telah dipublikasikan pada Kamis (2/12), namun belum melewati tinjauan ilmiah.
Para peneliti juga tidak memerinci kasus infeksi ulang akibat omicron, atau apakah varian itu bisa menyebabkan penyakit serius. Studi hanya menunjukkan bahwa lonjakan infeksi ulang bertepatan dengan menyebarnya omicron.
"Infeksi sebelumnya digunakan untuk melindungi dari delta, dan sekarang dengan omicron tampaknya tidak demikian," ujar salah satu peneliti, Anne von Gottberg dari University of Witwatersrand, dikutip dari AP, Ahad (5/12).
Studi juga tidak meneliti perlindungan yang ditawarkan oleh vaksinasi terhadap omicron. Hanya saja, Anne dan timnya tetap percaya bahwa vaksin akan tetap melindungi dari terjadinya keparahan penyakit.
Kepala kedaruratan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Michael Ryan, menyampaikan bahwa infeksi ulang muncul di hidung dan tidak selalu berujung penyakit parah. Sementara, umumnya vaksin membantu melindungi bagian tubuh lainnya.
WHO bertekad akan meninjau data seputar tingkat keparahan infeksi akibat varian itu. Begitu juga mengenai apakah vaksin terus melindungi terhadap penyakit parah, kemungkinan rawat inap, dan kematian.
"Saat ini, tidak ada alasan untuk menganggap bahwa varian ini tidak bisa menyebabkannya. Kami hanya belum mendapatkan detailnya," ungkapnya.
Varian terbaru omicron ditemukan lebih dari sepekan yang lalu oleh para ilmuwan di Afrika Selatan dan Botswana, dan sekarang telah ditemukan di banyak negara. Masih banyak yang belum diketahui tentangnya.
Poin yang masih jadi pertanyaan, apakah varian itu lebih menular seperti yang diduga oleh beberapa otoritas kesehatan. Begitu pula penyebab keparahan penyakit serta efektivitas vaksin terhadapnya
Mempelajari seberapa besar perlindungan yang diberikan oleh infeksi Covid-19 sebelumnya dinilai sangat penting. Terutama, di bagian dunia yang sebagian besar penduduknya masih harus menjalani vaksinasi.
Studi yang digagas Anne von Gottberg mendapat tanggapan dari profesor kedokteran di University of East Anglia, Paul Hunter. "Studi ini menunjukkan omicron akan mampu mengatasi kekebalan alami dan mungkin vaksin yang diinduksi ke tingkat yang signifikan," tutur Hunter.