REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian omicron dari virus corona dapat memunculkan lebih banyak lonjakan kasus Covid-19. Namun, kebanyakan orang yang menerima vaksin lengkap dua dosis tidak akan mengalami parah gejala Covid-19.
Pendiri BioNTech, Ugur Sahin, mengatakan tidak ada alasan bagi orang untuk panik dengan varian baru tersebut. “Pesan kami adalah jangan panik, rencananya tetap sama,” kata dia dilansir Deseret, Kamis (2/12).
Saat ini, memang tidak ada penelitian yang menunjukkan dampak vaksin pada varian omicron. Selain itu, belum ada penelitian tentang bagaimana varian omicron akan berdampak pada orang yang divaksinasi.
Namun, Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Angelique Coetzee, yang pertama kali mengumumkan penemuan varian omicron, mengatakan bahwa pasien omicron yang divaksinasi penuh sejauh ini menunjukkan gejala ringan. Menurut dia, vaksin tampaknya beradaptasi untuk bersaing dengan varian berbahaya, seperti varian delta.
“Keyakinan kami (bahwa vaksin bekerja melawan omicron) berakar pada sains, jika virus berhasil lolos dari kekebalan, virus itu berhasil melawan antibodi, tetapi ada respons kekebalan tingkat kedua yang melindungi dari penyakit parah sel-T,” ujar Sahin.
Dia mengatakan, virus hampir tidak dapat sepenuhnya menghindari sel-T. Inilah sebabnya mengapa direktur National Institutes of Health, Francis Collins mengatakan bahwa orang harus divaksinasi pnuh untuk menghentikan penyebaran omicron.
“Kami harus menggunakan setiap jenis alat di kotak peralatan kami untuk menjaga (omicron) dari situasi yang memperburuk ini,” kata Collins.