REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian virus corona baru telah diidentifikasi sebagai varian yang menjadi perhatian oleh WHO. Dijuluki omicron, varian itu memicu larangan perjalanan dari Afrika Selatan ke Eropa dan Amerika Serikat, karena mungkin lebih menular.
Direktur National Institutes of Health, dr Francis Collins, memperingatkan bahwa omicron memiliki begitu banyak mutasi. "Omicron memiliki lebih dari 50 varian yang membuatnya berbeda dari virus aslinya," kata Collins seperti dilansir di laman Eat This Not That, Rabu (1/12).
Pertanyaannya kemudian adalah, apakah antibodi yang dihasilkan oleh vaksin sebelumnya memungkinkan kita terlindungi dari virus ini? "Saya pikir ada alasan bagus untuk berpikir bahwa itu mungkin baik-baik saja, tapi kita perlu tahu jawaban sebenarnya untuk itu," ujarnya.
Dia mengatakan, mungkin omicron dapat "menyiasati" vaksin, tapi berdasarkan apa yang telah dipelajari sejauh ini dengan alpha, beta, gamma, dan delta, vaksin yang dihasilkan untuk melawan virus asli masih bekerja dan booster juga bekerja dengan sangat baik.
Apakah varian omicron lebih parah atau tidak dibandingkan varian sebelumnya?
Dr Collins mengatakan sejauh ini pihaknya tidak memiliki data yang menunjukkan hal tersebut. Ada sedikit laporan dari Afrika Selatan mungkin pasien yang terinfeksi varian omicron lebih ringan dibandingkan kasus biasa, tetapi mereka kebanyakan adalah orang muda yang memiliki penyakit ringan.
"Jadi saya akan mengatakan kami tidak tahu. Kami pikir itu lebih menular ketika Anda melihatnya, seberapa cepat itu menyebar melalui beberapa distrik di Afrika Selatan, ia memiliki ciri khas, oleh karena itu sangat mungkin untuk menyebar dari satu orang ke orang lain," kata dia.
Apakah omicron lebih menular?
"Kami belum tahu. Itu jelas menunjukkan tanda-tanda bisa menyebar dengan cepat. Yang kami tidak tahu adalah apakah itu bisa bersaing dengan delta atau tidak," ujarnya.
Bagaimana omicron akan memengaruhi akhir pandemi ini?
Menurut dr Collins, itu jelas bukan kabar baik. Dia belum tahu seberapa besar dampak yang akan terjadi. "Ini melipatgandakan upaya kami untuk menggunakan alat yang kami miliki, yaitu vaksinasi dan booster dan untuk memastikan kami menyebarkannya ke seluruh dunia," kata dia.
Menurut dia, penting untuk memperhatikan strategi mitigasi yang orang-orang lakukan seperti memakai masker ketika berada di dalam ruangan dengan orang lain yang mungkin tidak divaksinasi dan menjaga jarak sosial itu.