Selasa 30 Nov 2021 06:40 WIB

Pernah Kena Covid-19, Orang Lebih Rentan Terhadap Omicron

Dibandingkan varian lainnya, Omicron lebih mungkin bikin reinfeksi Covid-19.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Tes PCR Covid-19. WHO telah menyatakan tes PCR dapat mendeteksi infeksi yang disebabkan oleh varian omicron. Penyintas Covid-19 lebih rentan terkena infeksi ulang akibat varian omicron.
Foto:

Gejala penyakit

Orang yang terinfeksi dengan virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) varian omicron menunjukkan gejala yang ringan. Seorang pasien anak di Afrika Selatan memperlihatkan gejala yang sama dengan infeksi virus lainnya.

"Mirip seperti infeksi virus lainnya, jadi tidak mudah membedakan apakah ini akibat Covid-19 atau penyakit lainnya," ungkap dokter spesialis anak dr Anggraini Alam dari dari Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam konferensi pers daring, Senin (29/11).

Menurut Anggraini, varian omicron menimbulkan gejala ringan seperti kelelahan. Perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah anak terkena varian omicron atau justru penyakit lainnya.

"Tes itu sangat penting untuk menegakkan bahwa ini adalah Covid atau bukan," katanya, merujuk kepada tes antigen atau PCR.

Untuk mengetahui varian virus yang menginfeksi, menurut Anggraini, perlu tes lebih mendalam. Sampel virus harus dikirim ke laboratorium pusat.

WHO telah menyatakan bahwa varian omicron dapat dideteksi menggunakan tes PCR seperti halnya varian SARS-CoV-2 lain. WHO juga terus meneliti apakah omicron dapat terdeteksi dengan jenis tes Covid-19 lain.

"Tes PCR yang banyak digunakan terus mendeteksi infeksi, termasuk infeksi omicron, seperti yang telah kita lihat dengan varian lain," kata WHO dalam keterangan resminya dilansir Hindustan Times pada Senin (29/11).

WHO ingin memastikan efektivitas tes lain terhadap omicron, seperti antigen. Sebab, bila Omicron tak bisa dideteksi dengan antigen maka penggunaan PCR akan menjadi wajib.

"Studi sedang berlangsung untuk menentukan apakah ada dampak pada jenis tes lain, termasuk tes deteksi antigen cepat," ujar WHO.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement