Selasa 23 Nov 2021 08:31 WIB

Herpes Zoster Rentan Menyerang Usia di Atas 50

Penderita herpes zoster adalah mereka yang sebelumnya pernah mengalami cacar air.

Herpes zoster rentan dialami usia di atas 50 tahun (ilustrasi).
Foto: Komisi Penanggulangan Aids (KPA)
Herpes zoster rentan dialami usia di atas 50 tahun (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Seiring bertambahnya usia, orang-orang yang berumur di atas 50 tahun berisiko terkena herpes zoster atau cacar api (cacar ular) yang disebabkan oleh virus varicella-zoster. Hal ini ditandai dengan timbulnya bintil kulit berisi air pada salah satu sisi tubuh dan terasa nyeri.

Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Maluku, dr Sri Anata Widhya, mengatakan, belum dapat dipastikan apa yang menyebabkan virus varicella-zoster bisa aktif kembali karena tidak semua yang pernah kena cacar air akan mengalami herpes zoster. "Orang berusia di atas 50 tahun sangat berisiko," ujarnya, Senin (22/11).

Baca Juga

Dia mengatakan, herpes zoster disebabkan oleh virus varicella-zoster yaitu virus yang juga menyebabkan cacar air. Penderita herpes zoster adalah mereka yang sebelumnya pernah mengalami cacar air. Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virusnya menjadi tidak aktif dan bertahan dalam saraf selama bertahun-tahun.

Virus varicella-zoster dapat aktif kembali dan menimbulkan herpes zoster atau cacar api. Belum dipastikan apa yang menyebabkan virus varicella-zoster bisa aktif kembali, karena tidak semua yang pernah terkena cacar air akan mengalami herpes zoster.

Beberapa kondisi yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya herpes zoster adalah mereka yang berusia di atas 50 tahun, memiliki kekebalan tubuh yang lemah misalnya karena mengidap Aids, seusai operasi transplantasi organ, menderita kanker, atau mengonsumsi obat kortikosteroid dalam jangka waktu lama.

Orang-orang di atas 50 tahun, kata dr Sri, bisa terkena herpes zoster karena diketahui risiko akan semakin tinggi seiring pertambahan usia. Karena itu, vaksinasi antivirus virus varicella-zoster sangat disarankan bagi mereka.

Vaksin juga dapat diberikan kepada orang yang pernah menderita herpes zoster. Meski tidak dapat mencegah herpes zoster sepenuhnya, vaksinasi setidaknya bisa mengurangi keparahan gejala penyakit ini dan mempercepat waktu penyembuhan dan mencegah kambuh kembali.

"Herpes zoster merupakan kelanjutan dari penyakit cacar air sehingga tidak dapat ditularkan, tetapi penderita dapat menjadi sumber penyebaran virus varicella-zoster yang dapat mengakibatkan orang lain terkena cacar air," ujarnya.

Dr Sri menjelaskan, gejala utama herpes zoster adalah timbulnya bintil berisi air seperti cacar air di salah satu sisi tubuh (kanan atau kiri). Bintil tersebut hanya setempat, jaringan sekitar bintil menjadi bengkak, bintil akan berkembang menjadi luka lepuh dan menjadi luka berkerak lalu menghilang secara perlahan.

Kendati tidak berbahaya, obat antivirus akan diberikan guna mempercepat penyembuhan dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi seperti neuralgia seusai-herpes atau postherpetic neuralgia, yakni nyeri parah dan bisa berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah ruam sembuh. Komplikasi lainnya adalah kebutaan bagi penderita herpes zoster yang timbul di sekitar mata bisa mengakibatkan peradangan pada saraf mata, glaukoma dan bahkan berujung pada kebutaan. Kemudian gangguan pada saraf, misalnya inflamasi pada otak, dan masalah pada pendengaran atau bahkan keseimbangan tubuh.

Selain itu, bisa terjadi infeksi bakteri pada ruam atau lepuhan jika kebersihan kulit tidak dijaga dengan baik, termasuk bercak putih pada bekas ruam akibat kerusakan pigmen kulit yang terlihat seperti bekas luka. "Selain bintil dan nyeri, gejala lain yang dirasakan oleh penderita herpes zoster adalah demam, sakit kepala, lemas dan silau terhadap cahaya," kata dr Sri.

Pakar Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Edy Rizal Wachyudi, pernah mengatakan kelompok lansia akan mengalami immunosenescence, yaitu suatu kondisi di mana menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang sehingga respon imun tubuh terhadap pertahanan infeksi kuman dan virus menurun.

Hal itulah yang menyebabkan kelompok lansia menjadi lebih mudah terkena infeksi, bahkan sering disertai komplikasinya dibandingkan kelompok berusia muda. Selain itu, pada lansia berpotensi besar untuk sulit dalam melakukan pengendaliannya bila sudah terinfeksi yang akan meningkatkan angka kesakitan kelompok tersebut.

Nyeri pasca herpes (NPH) yang merupakan komplikasi paling umum dari herpes zoster (NPH) dapat menimbulkan luar biasa bagi pasien lanjut usia.

Pengobatan terhadap NPH tidaklah mudah dan hanya sedikit yang dilaporkan merasakan keberhasilan pengobatan.  Usia yang berisiko terkena herpes zoster mulai dari usia 50 tahun ke atas, namun tidak tertutup kemungkinan usia muda juga bisa terserang.

Herpes zoster umumnya terjadi pada seseorang yang ketika pada saat muda telah terserang cacar air. Jadi, virus varisela tersebut mengalami fase "tidur" selama bertahun-tahun dan pertahanannya menurun, namun meningkat dan muncul lagi ketika usia lanjut seiring menurunnya sistem imun.
Dilansir di laman Express, pada dasarnya, orang yang hidup dengan berbagai gangguan peradangan memiliki risiko lebih tinggi terkena herpes zoster dibandingkan dengan populasi umum. Herpes zoster merupakan virus yang berhubungan dengan cacar air yang menyebabkan rasa sakit dan ruam yang melepuh.

Menurut Arthritis Foundation, risiko orang dengan rheumatoid arthritis (RA) terkena herpes zoster sekitar dua kali lipat orang dewasa yang lebih tua. Banyak orang yang hidup dengan gangguan inflamasi menggunakan TNF, yaitu kelas obat biologis yang digunakan untuk memblokir proses inflamasi. Namun obat itu dapat menyebabkan imunosupresi sehingga meningkatkan risiko herpes zoster.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement