Selasa 23 Nov 2021 00:18 WIB

Mengenal Pneumonia pada Anak

Sebagian besar pneumonia pada anak-anak disebabkan oleh virus.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dwi Murdaningsih
Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) kepada seorang balita saat imunisasi pneumonia gratis di Karawang, Jawa Barat, Kamis (16/9/2021). Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus berupaya mencegah penyakit pneumonia atau paru-paru basah pada balita dengan program imunisasi PCV untuk menekan jumlah penderita pneumonia pada anak-anak di Jawa Barat.
Foto: ANTARA/M Ibnu Chazar
Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) kepada seorang balita saat imunisasi pneumonia gratis di Karawang, Jawa Barat, Kamis (16/9/2021). Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus berupaya mencegah penyakit pneumonia atau paru-paru basah pada balita dengan program imunisasi PCV untuk menekan jumlah penderita pneumonia pada anak-anak di Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pneumonia masih menjadi momok bagi anak-anak. Ketua UKK Respirologi  Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2021-2024 Rina Triasih menjelaskan penyakit pneumonia menyebabkan pertukaran oksigen terganggu dan efeknya alami kekurangan oksigen. Sebagian besar pneumonia yang menyerang anak-anak menyerang saluran napas bagian atas.

Rina menjelaskan, pneumonia yang merupakan awam radang paru-paru atau infeksi paru-paru, terutama bagian bawah yaitu di kantong. 

Baca Juga

"Kemudian kalau anak-anak yang mengalami pneumonia mengalami infeksi saluran napas bagian atas, jadi tak sampai menginfeksi kantong di paru-paru. Kalau daerah kantong paru-paru yang terinfeksi, pertukaran oksigen terganggu sehingga anak kekurangan oksigen," katanya saat mengisi konferensi virtual bertema Pneumomia Pembunuh Terlupakan, Lawan dengan Stop Pneumonia, Senin (22/11).

Gejala pneumonia mirip dengan gejala Covid-19. Rina menambahkan, pneumonia disebabkan oleh berbagai macam kuman penyakit, termasuk virus. Ketika terinfeksi Covid-19 yang disebabkan oleh virus maka itulah yang menjadi salah satu penyebab pneumonia. 

"Sebagian besar pneumonia pada anak-anak memang disebabkan oleh virus, tetapi bukan Covid-19 melainkan influenza," katanya.

Tak hanya itu, dia melanjutkan, bakteri juga bisa menyebabkan pneumonia. Bahkan, kemungkinan kematian pneumonia akibat bakteri  jauh lebih tinggi bila dibandingkan pneumonia karena virus atau Covid-19. 

Dia mengingatkan gejala pneumonia pada anak mudah dikenali oleh orang tua. Ketika anak mengalami pneumonia biasanya akan didahului dengan batuk dan pilek atau bisa juga alami demam atau bisa juga tanpa demam.

Jika dibiarkan setelah empat hari kemudian membuat anak mulai lemas atau tidak seaktif biasanya. Tak hanya itu, ia menyebutkan anak juga tak mau makan atau kalau masih bayi jadi malas meminum air susu ibu. 

"Kemudian gejala utama pada pneumonia adalah napas menjadi cepat. Jadi, pundak anak bisa naik turun atau seperti ngos-ngosan," katanya.

Kalau pneumonia semakin berat, dia melanjutkan, anak berusaha keras menarik napas yang sebanyak-banyaknya karena kekurangan oksigen. Sehingga, dia melanjutkan, tubuh antara dada dan perut menjadi cekung.  Terkait batasan napas cepat dihitung pada anak, ia menyebutkan masing-masing anak punya batasan sendiri-sendiri. 

Namun, ia mengutip organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) telah membuat standar frekuensi napas normal. Kalau anak berusia hingga dua bulan memiliki frekuensi napas normal jika tak lebih dari 60 kali per menit. Kalau berumur 2 bulan sampai setahun memiliki frekuensi napas normal tidak lebih dari 50 kali setiap menitnya. Kemudian setahun sampai 5 tahun tidak lebih dari 40 kali per menit. 

"Jadi, ibu harus memahami anaknya saat kondisi normal," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement