Persepsi mengenai risiko di suatu lokasi pun turut memengaruhi terjadinya peningkatan kasus Covid-19, meski cakupan vaksinasi luas. Sebagai contoh, banyak orang merasa lebih aman berada di tengah teman-teman mereka di pub dibandingkan saat berada di dalam moda transportasi umum. Padahal, risiko tertular Covid-19 lebih besar bila berada di dalam pub.
Di samping itu, peningkatan kasus saat ini juga bisa dipicu oleh keterlambatan program vaksinasi. Varian delta sudah lebih dahulu datang ke Irlandia sebelum program vaksinasi digulirkan untuk masyarakat luas.
Faktor lain yang juga dinilai turut berperan adalah tingginya mobilisasi antara Irlandia dan Inggris. Seperti diketahui, Inggris memiliki kasus Covid-19 yang lebih tinggi dibandingkan Irlandia.
Sementara itu, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban memperingatkan masyarakat supaya tak menganggap enteng Covid-19. Ia mengkhawatirkan potensi kebangkitan Covid-19 di Tanah Air, seperti yang sedang terjadi di Eropa.
Prof Zubairi memantau peningkatan penderita Covid-19 di Benua Biru. Fenomena ini terjadi karena dilandasi sejumlah faktor, salah satunya diduga lantaran menganggap remeh Covid-19 dengan tak lagi memakai masker.
"Kebangkitan Covid-19 Eropa karena beberapa (negara) cabut pembatasan dan lepas masker," kata Prof Zubairi di akun Twitter resminya yang dikutip Republika.co.id pada Senin (8/11).