Dalam studi ini, seluruh partisipan telah menerima dua dosis vaksin Covid-19 mRNA, baik dari Pfizer/BioNtech maupun Moderna. Peneliti lalu mengukur kadar antibodi para partisipan tiga kali setelah dosis kedua vaksin mRNA diberikan.
Peneliti lalu membandingkan kadar antibodi yang terbentuk pada partisipan yang memiliki riyawat Covid-19 dan yang tidak pernah terkena Covid-19 sebelum vaskinasi. Hasil studi menunjukkan bahwa partisipan yang sudah divaksinasi dan pernah mengalami Covid-19 sebelumnya memiliki kadar antibodi yang lebih tinggi dibandingkan partisipan yang hanya divaksinasi.
Pada 30 hari pertama setelah pemberian dosis kedua vaksin mRNA, partisipan yang pernah terkena Covid-19 memiliki kadar antibodi 14 persen lebih tinggi. Pada bulan ketiga setelah pemberian dosis kedua vaksin mRNA, kadar antibodi mereka menjadi 19 persen lebih tinggi.
"Lalu 56 persen (lebih tinggi) pada bulan keenam," ungkap ketua tim peneliti Diana Zhong MD, seperti dilansir Eurasia Review.
Tim peneliti juga memantau pengaruh jarak waktu antara saat terkena Covid-19 dan jadwal vaksinasi terhadap kadar antibodi yang terbentuk. Hasil studi menunjukkan bahwa interval yang lebih panjang antara waktu sakit dengan jadwal pemberian dosis pertama vaksin dapat meningkatkan respons antibodi.
Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi peningkatan ketahanan antibodi pascavaksinasi pada orang yang sebelumnya pernah mengalami Covid-19. Faktor tersebut bisa saja berupa jumlah paparan virus, interval antara paparan, atau interaksi antara kekebalan alami serta kekebalan dari vaksin.