REPUBLIKA.CO.ID, SANFRANCISCO -- Sebuah studi baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menunjukkan bahwa vaksin menawarkan kekebalan yang jauh lebih kuat terhadap COVID-19 daripada kekebalan alami. Para peneliti menganalisis data dari hampir 200 rumah sakit di seluruh Amerika. Mereka menyimpulkan vaksin COVID masih menawarkan perlindungan yang lebih baik daripada imunitas hasil infeksi COVID sebelumnya.
Secara khusus, laporan CDC menemukan orang dewasa yang tidak divaksinasi dengan infeksi COVID sebelumnya 5,49 kali lebih mungkin terinfeksi ulang daripada individu yang divaksinasi penuh tanpa infeksi. Hasil penelitian CDC juga menunjukkan manfaat yang lebih tinggi untuk kelompok usia tertentu atau penerima vaksin tertentu.
"Dalam penelitian ini, manfaat vaksinasi dibandingkan dengan imunitas lewat infeksi tanpa vaksinasi tampaknya lebih tinggi untuk penerima vaksin Moderna daripada vaksin Pfizer-BioNTech. Ini konsisten dengan penelitian terbaru menemukan efektivitas vaksin yang lebih tinggi terhadap rawat inap COVID-19 untuk penerima vaksin Moderna daripada untuk penerima vaksin Pfizer-BioNTech,” tulis studi CDC dilansir dari WHNT, pada Selasa (2/11).
Studi CDC kemudian mendapati manfaat vaksinasi cenderung lebih tinggi bagi mereka yang berusia di atas 65 tahun daripada individu yang divaksinasi antara usia 18 dan 64 tahun. Namun, peluang infeksi ulang masih lebih tinggi untuk individu yang tidak divaksinasi bila sebelumnya telah terinfeksi. CDC mengatakan penelitian tambahan diperlukan untuk hasil lebih lanjut mengenai perlindungan di berbagai kelompok demografis, dan perlindungan pada orang yang terinfeksi dan divaksinasi.
Sementara itu, Petugas kesehatan masyarakat Marin County, Dr. Matt Willis, mengatakan orang yang dilindungi melalui vaksin lebih jarang sakit, dan lebih kecil kemungkinannya untuk terkena penyakit parah. Adapun orang tidak divaksinasi yang telah terinfeksi COVID-19 juga harus memahami jumlah dan kualitas antibodi tersebut sulit diukur.
"Mendapatkan kekebalan melalui vaksin sementara itu telah terbukti berhasil melalui uji klinis," ucap Dr. Willis.