Sabtu 30 Oct 2021 13:47 WIB

Sakit Perut Belum Tentu Maag, Jangan Obati Sendiri

Maag bisa diobati, namun penyebabnya perlu diketahui terlebih dahulu.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Sakit perut (Ilustrasi). Periksakan diri ketika mengalami sakit perut yang kambuh berulang.
Foto: Republika/Prayogi
Sakit perut (Ilustrasi). Periksakan diri ketika mengalami sakit perut yang kambuh berulang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sakit maag merupakan masalah yang banyak dialami masyarakat. Permasalahannya, orang terkadang mengobati dirinya sendiri hingga malah membuat kondisi lebih parah.

"Akhirnya penyakitnya berlanjut, pas diperiksa sudah macam-macam yang ditemukan, bahayanya kalau itu kanker lambung," kata Prof Ari Fahrial Syam dalam acara seminar awam "Kenali Apa Itu Gastristis dan Bahayanya Bagi Kesehatan", dikutip Sabtu (30/10).

Baca Juga

Ari mengatakan, sakit perut tidak selalu menjadi tanda maag. Pasien dengan sakit maag atau dispepsia akan merasa tak nyaman di sekitar ulu hati, kembung, sering sendawa, mual, cepat kenyang, dan tak nafsu makan.

Menurut Ari, dispepsia ada dua jenisnya, yaitu fungsional dan organik. Dispepsia fungsional, organ terlihat normal, bahkan saat dilakukan endoskopi. Dispepsia organik menunjukkan peradangan, misalnya di kerongkongan, tukak lambung, tumor, hingga kanker.

"Sakit perut itu tak selalu sakit maag. Nyeri ulu hati tak selalu gastritis. Jangan mengobati diri sendiri. Pernah ada pasien ada batu di kantong empedu mengalami gejala mirip maag," ujar guru besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.

Dispepsia fungsional memiliki keluhan terasa kembung setelah makan, cepat kenyang, dan gasnya banyak. Permasalahan maag berhubungan dengan otak, misalnya saat stres maka lambung bisa terasa kembung dan begah. Jika pasien sering kambuh merasa sakit maag, Ari menyarankan untuk melakukan endoskopi.

"Perlu endoskopi karena kita bisa melihat struktur saluran atas, bisa kelihatan ada luka, kanker, atau tumor. Kalau mencurigakan, dokter bisa biopsi, apakah ada tanda-tanda terjadi kanker," kata dokter spesialis penyakit dalam ini.

Berdasarkan hasil penelitian beberapa waktu lalu, Ari mengatakan, kondisi sakit maag di Indonesia juga bergantung pada etnis. Sekitar satu dari lima orang memiliki bakteri di usus, bahkan juga sering menemukan ulkus hasil dari kuman Helicobacter pylori, khususnya dari suku Batak, Papua, Bugis.

"Setelah diobati, pasien akan sembuh total," ujar Ari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement