REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengemukakan, teknologi digital telah mengambil peranan penting dalam membantu dokter melayani pasien di tengah pandemi COVID-19. "Sejak awal pandemi, IDI terus mengimbau para dokter untuk mengurangi praktik tatap muka, namun pelayanan pasien harus tetap berjalan dengan menggunakan alat perlindungan diri yang lengkap," kata Daeng M Faqih dalam acara HaloTalks Spesial Hari Dokter Nasional yang diikuti dari aplikasi Zoom di Jakarta, Jumat (22/10).
Daeng mengatakan, jumlah dokter yang tersedia di Indonesia saat ini sebanyak 196 ribu orang. Sebanyak 40 ribu di antaranya dokter spesialis, 4.000 dokter penyakit dalam dan 2.000 dokter spesialis paru yang tersebar di seluruh provinsi. Menurut Daeng, kondisi ini semakin dipersulit dengan tantangan yang dihadapi selama pandemi COVID-19 yang telah berlangsung hampir dua tahun.
"Minimnya dokter spesialis menjadi kendala penanganan COVID-19. Akhirnya disepakati yang berhak menangani COVID-19 boleh dari dokter spesialis lain, selama sudah mengikuti pelatihan," katanya.
Untuk itu, Daeng menilai peranan teknologi digital telah mampu menjembatani akses yang lebih luas bagi pasien serta keamanan bagi dokter di masa sulit akibat pandemi. "Layanan telemedicine ini sangat luar biasa perkembangan dan manfaatnya, termasuk dalam mempercepat layanan vaksinasi hingga membuka akses pelayanan isoman," katanya.
Tanpa bantuan teknologi, kata Daeng, hal ini hampir mustahil dikerjakan, apalagi dengan pasien COVID-19 yang banyak, tenaga kesehatan terbatas dan fasilitas rumah sakit yang serba kekurangan.
"Indonesia juga wilayahnya sangat luas, sehingga akses kesehatan harus dibuka selebar-lebarnya dan telemedicine adalah jawabannya," katanya.