Jumat 22 Oct 2021 14:20 WIB

Mengapa Orang Bisa Keluar Air Mata Ketika Bersin Keras?

Sebaiknya, hindari bersin terlalu keras.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Bersin (ilustrasi). Saat bersin terlalu keras, orang bisa mengeluarkan air mata.
Foto: www.freepik.com
Bersin (ilustrasi). Saat bersin terlalu keras, orang bisa mengeluarkan air mata.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi sebagian orang, bersin terlalu keras kadang bisa sampai membuat mereka mengeluarkan air mata. Mengapa itu bisa terjadi?

Air mata dibuat di kelenjar lakrimal dan keluar dari saluran sudut bagian dalam mata. Katup (seperti punctum bawah) mengeluarkan cairan dari mata.

Baca Juga

Persoalannya, prosesnya bisa terbalik jika terlalu banyak tekanan, misalnya saat bersin. Meskipun membuat penasaran, aktivitas ini tidak disarankan untuk dicoba karena risiko infeksi

Untuk mempelajari bagaimana mata bisa menyemprotkan air saat bersin, ada penjelasan anatomi mata dan bagaimana air mata bekerja. Kelenjar lakrimal utama terletak di antara mata bagian dalam dan jembatan hidung di bawah kulit, sementara beberapa lainnya tersebar di sekitar mata.

Kelenjar menghasilkan cairan, lebih dikenal sebagai air mata yang keluar saat menangis. Air mata berfungsi untuk melindungi mata dari debu atau untuk menjaga mata tetap basah.

Cairan mengalir menuju saluran air mata (yang terlihat di sudut bagian dalam garis air) dan mengalir ke wajah. Tapi, air mata juga mengalir di bagian belakang hidung dan tenggorokan, itulah sebabnya kita menjadi terisak saat menangis.

Ada bukaan kecil yang disebut katup, yang mengalir di dalam tepi kelopak mata dekat hidung. Ini penyebab keluarnya air mata dari mata sehingga tidak meluap, mengalirkan tabung kecil di tulang wajah ke dalam kantung, dan menuju hidung.

Katup kadang-kadang bisa tersumbat, misalnya ketika ada infeksi, menyebabkan mata berair berlebihan.

"Beberapa orang dapat mengalami refluks atau air yang meluap melalui saluran air mata," kata dokter mata dan juru bicara klinis untuk American Academy of Ophthalmology, Dr Michelle Andreoli, kepada LiveScience.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement