Kamis 21 Oct 2021 06:05 WIB

Makanan Olahan Picu Penambahan Berat Badan & Gangguan Memori

Konsumsi makanan olahan bisa sebabkan defisit memori yang signifikan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Konsumsi makanan olahan bisa sebabkan defisit memori yang signifikan.
Foto: The Guardian
Konsumsi makanan olahan bisa sebabkan defisit memori yang signifikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewasa ini, makanan olahan semakin marak di pasaran dan kerap digemari karena citarasanya yang menggoda. Namun sayangnya, makanan olahan atau makanan yang diproses secara berlebih (ultra proses) bisa berdampak buruk bagi kesehatan terutama memicu penambahan berat badan dan kehilangan memori.

Hal itu merujuk pada dua studi independen yang dilakukan peneliti di NYU School of Global Public Health dan Ohio State University. Para peneliti di NYU mengeksplorasi bagaimana perubahan pola makan di AS antara awal tahun 2000 dan akhir 2010-an. Sepanjang periode tersebut, ada peningkatan 3,5 persen dalam jumlah kalori yang dikonsumsi orang dari makanan ultra-proses, yang diproduksi oleh industri dan siap saji seperti makanan microwave dan makanan ringan.

Baca Juga

Efek samping dari hal ini adalah, umumnya, individu makan lebih sedikit makanan utuh yang sehat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan gandum. Dua tren yang digabungkan mungkin menjadi alasan mengapa ada semakin banyak bukti bahwa makanan ultra-proses berkontribusi pada banyak kondisi kesehatan kronis.

Dalam studi terpisah, sebuah tim di Ohio State University menemukan bahwa terlalu banyak konsumsi makanan olahan bisa menyebabkan peradangan di otak, yang memicu kehilangan memori. Efek ini lebih menonjol di antara populasi yang lebih tua, dibandingkan dengan mereka yang lebih muda.

Studi ini diujicoba pada tikus, yang memiliki karakteristik genetik, biologis dan perilaku yang sangat mirip dengan manusia. Dari hasil pengamatan, tikus yang lebih tua menunjukkan berbagai masalah terkait memori, termasuk melupakan ruang baru dan penurunan respons rasa takut terhadap bahaya. Inilah sebabnya mengapa Ruth Barrientos, salah satu penulis penelitian, percaya bahwa temuan itu penting.

“Konsumsi makanan olahan dapat menghasilkan defisit memori yang signifikan dan tiba-tiba pada populasi yang menua, penurunan memori yang cepat memiliki kemungkinan lebih besar berkembang menjadi penyakit neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer,” kata Barrientos seperti dilansir dari Fit & Well, Rabu (20/10).

Ini bukan pertama kalinya Barrientos mengeksplorasi hubungan antara diet dan peradangan otak, dengan penelitian sebelumnya menemukan bahwa asam docosahexaenoic (DHA) dapat mengurangi respons peradangan ini. DHA adalah asam lemak omega-3 yang biasa ditemukan pada ikan dan makanan laut lainnya.

Meskipun Anda bisa mendapatkan asupan yang direkomendasikan melalui makanan laut saja, mungkin ada baiknya menambahkan beberapa suplemen minyak ikan terbaik ke daftar makanan Anda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement