REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Di balik keceriaan komedian asal Inggris, Rob Beckett; rasa ragu, cemas, dan takut telah memuncak saat dia berada di sebuah kamar hotel bintang lima di Afrika Selatan. Pada 5 Januari 2021, komika itu tengah memiliki jadwal tur stand up comedy yang laris di seluruh negeri.
Meski dia memiliki kehidupan rumah tangga yang bahagia dengan istrinya yang bernama Lou dan kedua putrinya, nyatanya komedian itu tak bahagia. "Saya terbangun pada 5 Januari di kamar hotel bintang lima, berpikir akan lebih baik dan lebih mudah bagi semua orang jika saya mati,” ujar Beckett dilansir di laman the Independent, Selasa (19/10).
Pria berusia 35 tahun itu menyalahkan momen kehancurannya itu akibat kombinasi dari bekerja terlalu banyak ditambah dengan keraguan diri dan kecemasan yang parah. Dia melakukan empat atau lima malam dalam satu pekan untuk manggung stand up comedy selama 10 atau 11 tahun sampai akhirnya pandemi melanda.
Pada akhirnya, kesibukannya itu menghabiskan energinya sehingga dia menjadi lelah. Tepuk tangan penonton tak mampu menghiburnya.
Saat kembali dari Afrika Selatan, dia berbicara dengan istri dan manajernya tentang perasaannya. Dia pun segera mencari bantuan kepada profesional. Beberapa terapi dilakukannya untuk menenangkan otaknya.
“Saya tidak akan mengatakan saya mengalami gangguan karena itu tidak adil bagi orang-orang yang memilikinya, tetapi saya pasti menuju ke sana. Saat mendapatkan terapi dan pertunjukan saya berhenti, itu memberi saya ruang bernapas yang tidak selalu bisa diambil karena memiliki jadwal yang sibuk,” kata dia.
beckett menemui terapis setiap pekan selama delapan bulan. Dia pun masih memeriksanya jika dia merasakan kegelapan menghantuinya kembali.
Laki-laki yang juga seorang presenter dan aktor itu memiliki perasaan yang sama bertahun-tahun sebelumnya ketika karier TV-nya mulai lepas landas. Saat mulai terkenal, dia mengaku itu membuatnya takut.
“Saya menemukan itu sangat luar biasa. Saat itu saya melakukan terapi di NHS yang membantu saya mengatasi tekanan dan stres. Tapi itu tidak sekuat yang baru-baru ini,” kata Beckett.
Masa-masa karantina akibat pandemi Covid-19 memberinya "istirahat paksa" yang dia butuhkan dari jadwal kerja yang besar. Pada awal masa itu, dia merasa kehilangan identitas diri karena tidak bisa manggung lagi. Baru pada saat mulainya masa karantina, dia mulai mencoba mencari tahu apa identitasnya.
Segalanya menjadi lebih baik baginya. “Saya tidak memiliki suara negatif di kepala saya sepanjang waktu sekarang. Saya memiliki suara yang jauh lebih positif,” ujarnya dalam memoarnya, A Class Act.