REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring bertambahnya usia, setiap orang tetap berharap memiliki kondisi sehat dan terhindar dari risiko gangguan kesehatan. Sayangnya, risiko demensia atau bisa disebut pikun kebanyakan tidak dapat dihindari dalam pertambahan usia.
Gaya hidup sehat dan kebiasaan olahraga yang baik dapat menjadi bagian penting untuk mengatasi tantangan penuaan pada tubuh. Namun hal yang tidak kalah penting adalah memperhatikan asupan sehari-hari. Sebab ini dapat menentukan apakah orang punya risiko pikun lebih tinggi atau tidak di masa mendatang.
Rupanya mengonsumsi minuman manis setidaknya dua kali dalam sehari ditemukan dapat meningkatkan risiko terkena demensia. Dalam satu penelitian, yang diterbitkan dalam jurnal Alzheimer's & Dementia pada Maret 2017, tim peneliti menganalisis data yang dikumpulkan dari 4.000 orang dalam kelompok Keturunan dan Generasi Ketiga Framingham Heart Study. Kelompok-kelompok ini terdiri dari anak-anak dan cucu-cucu dari peserta asli yang terdaftar dalam studi penting pada tahun 1948.
“Tim peneliti menilai kebiasaan konsumsi minuman masing-masing peserta, dengan mempertimbangkan mereka yang minum dua minuman manis dalam sehati, termasuk jus buah, soda, atau minuman ringan lainnya,” tulis laporan Best Life, dilansir Jumat (1/10).
Kemudian peneliti memeriksa mereka yang mengonsumsi lebih dari tiga minuman soda per pekan. Melalui penggunaan pemindaian MRI dan tes kognitif, para peneliti menemukan peserta yang minum dua minuman manis sehari menunjukkan beberapa tanda penuaan otak yang dipercepat, termasuk volume otak keseluruhan lebih kecil, memori episodik lebih buruk, dan hippocampus yang menyusut. Kesemuanya itu dianggap sebagai faktor risiko untuk tahap awal penyakit Alzheimer.
Studi lain menemukan minum hanya satu soda sehari dapat meningkatkan risiko demensia atau stroke. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Stroke pada bulan April 2017, juga mempelajari efek konsumsi minuman terhadap kesehatan otak, tetapi hanya berfokus pada kelompok keturunan yang lebih tua dari Framingham Heart Study.
Tim memeriksa 2.888 orang berusia minimal 45 tahun dengan mencatat konsumsi minuman mereka di tiga titik berbeda selama tujuh tahun sebelum memantau mereka selama 10 tahun untuk tanda-tanda stroke. Analisis yang sama juga dilakukan pada 1.484 peserta di atas usia 60 tahun, tetapi yang diperiksa untuk tanda-tanda demensia selama 10 tahun sebagai gantinya.
Berbeda dengan studi pertama, hasilnya tidak menemukan hubungan konklusif antara konsumsi tinggi minuman manis dan risiko stroke atau demensia. Namun, data menunjukkan bahwa peserta yang minum satu soda sehari tiga kali lebih mungkin mengalami stroke atau demensia.
Para peneliti menyimpulkan air putih adalah alternatif yang lebih sehat. Hasil kedua penelitian lebih mengarah pada korelasi antara minuman manis dan demensia daripada hubungan sebab akibat.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat dengan tepat bagaimana minuman manis mempengaruhi atau berpotensi merusak otak, di mana masih ada data yang cukup untuk berhati-hati agar tidak mengonsumsi terlalu banyak minuman manis.
“Studi-studi ini bukan akhir dari segalanya, tetapi adalah data yang kuat dan saran yang sangat kuat,” kata Sudha Seshadri, PhD, penulis senior pada kedua studi tersebut.
Seshadri yang merupakan profesor neurologi di Boston University (BU) Fakultas Kedokteran dan anggota fakultas di Pusat Penyakit Alzheimer BU itu mengatakan tidak banyak keuntungan dari minuman manis. Mengonsumsi air putih yang baik adalah sesuatu yang perlu dibiasakan.
Ada beberapa data yang saling bertentangan dalam penelitian. Namun penulis masih menemukan data yang meyakinkan bahwa pemanis buatan tidak memberikan pilihan yang lebih sehat. Matthew Pase, PhD, seorang rekan senior di departemen neurologi Fakultas Kedokteran, Boston University juga lebih merekomendasikan agar orang minum air secara teratur daripada minuman manis atau pemanis buatan.