Rabu 29 Sep 2021 19:06 WIB

Anak dengan Kelainan Jantung Berisiko Alami Malnutrisi

Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan (KJB) berisiko signifikan alami malnutrisi.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Nora Azizah
Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan (KJB) berisiko signifikan alami malnutrisi.
Foto: www.freepik.com.
Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan (KJB) berisiko signifikan alami malnutrisi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Dr. dr. I Gusti Lanang Sidhiarta SpA(K) menjelaskan, anak dengan kelainan jantung bawaan (KJB) memiliki risiko yang signifikan terjadinya ketidakseimbangan energi yang dapat menyebabkan malnutrisi. Kebutuhan gizi, terutama energi dan protein pada pasien KJB lebih besar dari yang direkomendasikan berdasarkan kebutuhan fisiologis, usia dan berat badan.

"Sementara toleransi volume cairan terbatas karena adanya disfungsi jantung. Oleh karena itu, terapi nutrisi pada anak dengan KJB adalah dengan memastikan kalori dan protein yang cukup untuk memfasilitasi kenaikan berat badan," kata dia dalam diskusi daring, Rabu (29/9).

Baca Juga

Bentuk paling umum terapi nutrisi pada anak di atas satu tahun yang mengalami KJB adalah penggunaan formula tinggi kalori sehingga mengurangi volume cairan yang diberikan. Ia mengatakan, perbaikan gizi anak dengan KJB dapat mencegah atau menurunkan angka kesakitan dan kematian, mendukung tumbuh kembang yang optimal, dan memberikan angka keberhasilan operasi koreksi jantung dengan hasil yang lebih baik, serta kualitas fisik dan mental yang optimal di masa depan.

Hadir dalam kesempatan yang sama Komunitas Keluarga Kelainan Jantung Bawaan (KKJB) dan Komunitas Little Heart pun berbagi pengalaman dalam membesarkan anak dengan KJB. Perwakilan dari KKJB, Yuli Lestari, berkisah, pada saat lahir, anaknya menyusu terputus-putus, nafas cepat, detak jantung cepat, dan berat badannya sulit naik.

"Dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan, anak saya didiagnosis memiliki kelainan jantung bawaan dan harus menjalani operas, " ungkapnya.

Menyadari kondisi anak yang memerlukan perhatian ekstra, ia pun rajin berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung anak dan dokter gizi untuk mengejar tumbuh kembang anak. Salah satu yang ditekankan oleh dokter adalah memastikan kebutuhan nutrisi anak tercukupi.

Gangguan gizi pada anak dengan KJB dapat menyebabkan anak sering sakit karena daya tahan tubuh menurun dan berpengaruh terhadap keberhasilan operasi jantung di kemudian hari. Oleh karena itu, ia giat mengejar status gizi baik sang buah hati sejak awal mengetahui bahwa anaknya mengalami penyakit jantung bawaan.

Sedangkan perwakilan dari Komunitas Little Heart Agustina Kurniari Kusuma menceritakan tentang harapannya agar anak-anak dengan KJB dapat tumbuh sehat dan optimal. Sebagai orangtua, ia harus mengoptimalkan tumbuh kembang anak apapun tantangannya. Setelah mengetahui anak memiliki KJB, ia pun bergabung dengan komunitas Little Heart untuk mendapatkan informasi sekaligus support system dari sesama pejuang tumbuh kembang anak dengan KJB.

"Kalau membayangkan harus menghadapi sendiri, saya mungkin akan menyerah dan lebih banyak stres menghadapi kondisi anak yang berbeda dan butuh penanganan khusus. Di komunitas, kami saling menguatkan dan membantu satu sama lain, baik melalui dukungan moril maupun materiil bagi yang mampu. Kami menanamkan semangat kebersamaan untuk selalu mengupayakan yang terbaik untuk jantung hati kami, " ucapnya.

Berdasarkan data dari Indonesia Heart Association, angka kejadian KJB di Indonesia diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup atau 9: 1000 kelahiran hidup setiap tahun. Anak dengan PJB memiliki kelainan pada fungsi maupun struktur jantung.

Padahal, jantung dibutuhkan untuk memompa darah supaya mengalir ke seluruh tubuh untuk membawa oksigen dan nutrisi bagi tiap sel tubuh. Meningkatnya pengeluaran energi dan asupan nutrisi yang tidak memadai membuat si Kecil mudah kelelahan, napas pendek, hingga pingsan. Ketidakseimbangan energi jika tidak diatasi dengan tepat dapat menyebabkan terjadinya maltnutrisi dan gagal tumbuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement