Rabu 29 Sep 2021 16:00 WIB

Efek Samping Kontrasepsi yang Paling Sering Dikeluhkan

Sebanyak 34 persen putus pakai kontrasepsi terjadi akibat efek samping ringan.

Kontrasepsi (ilustrasi). BKKBN mencatat hanya 57 persen dari perempuan usia subur, yakni 15-49 tahun yang telah menikah, menggunakan metode kontrasepsi modern.
Foto:

Dr. Hasto menjelaskan, program keluarga berencana berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia di masa depan. Sebab, ledakan jumlah penduduk karena banyaknya angka kelahiran yang tidak diinginkan kelak akan menjadi beban negara.

"Ingat, ketika penduduknya surplus maka kualitasnya harus bagus, karena kalau kualitasnya tidak bagus akan jadi beban negara, akan ada kerawanan sosial, akan ada kemiskinan dan juga ancaman bagi negara," kata dr. Hasto.

Surplus usia produktif, menurut dr. Hasto, harus diikuti dengan kualitas SDM yang unggul. Ia mengingatkan, 80 persen kemajuan suatu bangsa, ditentukan oleh SDM.

"Inilah peran kontrasepsi dalam mengantarkan kualitas SDM yang baik," ujarnya.

Dr. Hasto menjelaskan, pemberian edukasi mengenai pentingnya penggunaan kontrasepsi bertujuan untuk menjaga jarak kelahiran dan mencegah anak stunting. Sebab, jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat memengaruhi kondisi kehamilan, kelahiran, kesehatan ibu dan anak, serta kurang gizi pada anak yang berpengaruh pada perkembangan anak khususnya di 1.000 hari pertama.

"Itulah pentingnya melakukan konseling, kalau mau melahirkan anak jaraknya harus diatur, karena jarak itu sangat menentukan kualitas anak dan kualitas kesehatan ibunya sehingga kita promosi untuk penggunaan alat kontrasepsi itu harus terus dilakukan," kata dr. Hasto.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement