Selasa 28 Sep 2021 11:44 WIB

Mengecek Risiko Diabetes dengan Celana Jeans

Risiko diabetes tipe 2 sangat dipengaruhi oleh pilihan gaya hidup kurang sehat.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Cara mengecek risiko diabetes dengan cara jeans (ilustrasi).
Foto: pdpics
Cara mengecek risiko diabetes dengan cara jeans (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mayoritas penyandang diabetes di dunia mengidap jenis diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 ini sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang kurang menyehatkan. 

Salah satu cara mengukur risiko diabetes tipe 2 adalah dengan celana jeans. Risiko diabetes tipe 2 cenderung lebih tinggi bila seseorang tak lagi muat menggunakan celana jeans lama mereka atau menggunakan celana jeans dengan ukuran yang sama seperti yang mereka gunakan dahulu.

Ketika seseorang tak lagi muat menggunakan celana jeans lama mereka, itu berarti ada lemak yang bertambah di dalam tubuh mereka. Kondisi ini berkaitan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2. Cara ini tak hanya berlaku untuk orang yang gemuk atau obesitas, tetapi juga untuk orang-orang yang masih memiliki indeks massa tubuh (IMT) dalam rentang yang normal.

Seperti diketahui, risiko diabetes tipe 2 sangat dipengaruhi oleh pilihan gaya hidup kurang sehat yang kemudian memicu berat badan berlebih dan kebiasaan jarang bergerak.

Akan tetapi, diabetes tipe 2 juga bisa diidap oleh individu yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) normal. Pada kelompok ini, remisi diabetes tipe 2 bisa dicapai dengan menurunkan berat badan. Temuan ini telah dipresentasikan dalam konferensi European Association for the Study of Diabetes.

Temuan ini didasarkan pada sebuah studi awal yang melibatkan 12 partisipan penyandang diabetes tipe 2. Para partisipan ini memiliki IMT yang berada dalam kategori normal. Para partisipan tercatat memiliki rata-rata IMT 24,5.

Baca juga : Dokter Berikan Tips Konsultasi Lewat Telemedisin

Selama studi, para partisipan diminta untuk menjalani program penurunan berat badan. Program ini meliputi diet cairan rendah kalori selama dua pekan di mana para partisipan hanya mengonsumsi sekitar 800 kalori per hari melalui konsumsi sup dan shake.

Para partisipan menjalani tiga "ronde" program penurunan berat badan ini sampai mereka berhasil menurunkan sebanyak 10-15 persen berat badan mereka. Setelah berhasil mencapai target tersebut, peneliti mendapati bahwa kadar lemak pada hati para partisipan mengalami penurunan.

Di samping itu, sebanyak delapan dari 12 partisipan juga terlihat mencapai remisi. Remisi adalah kondisi di mana kadar gula darah partisipan tampak terkontrol tanpa penggunaan obat diabetes.

Prof Roy Taylor dari Newcastle University mengatakan temuan awal ini dengan jelas mengindikasikan bahwa diabetes tipe 2 bukan disebabkan oleh obesitas. Akan tetapi, diabetes tipe 2 bisa terjadi ketika seseorang sudah memiliki bobot yang terlalu berat untuk dipikul oleh tubuh mereka sendiri.

"Bila saat ini Anda tak bisa memakai celana jeans dengan ukuran yang sama (seperti dahulu), Anda memiliki terlalu banyak lemak, sehingga berisiko terhadap diabetes tipe 2 meski Anda tidak gemuk," jelas Prof Taylor, seperti dilansir The Guardian, baru-baru ini.

Prof Taylor mengatakan, banyak dokter yang cenderung menganggap bahwa diabetes tipe 2 disebabkan oleh hal yang berbeda pada pasien yang tidak gemuk. Akan tetapi, temuan yang Prof Taylor presentasikan ini menunjukkan bahwa anggapan tersebut tidak tepat.

Penyandang diabetes tipe 2 dengan IMT yang normal memiliki kesempatan untuk sembuh atau mencapai remisi dari diabetes dengan menurunkan 10-15 persen dari berat badan normal mereka. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement