REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Penelitian terbaru mengungkapkan individu dengan kanker memiliki respon imun yang tepat dan protektif terhadap vaksin Covid-19. Vaksin Covid-19 bekerja tanpa mengalami efek samping lebih buruk dari populasi umum.
Bukti tidak langsung menunjukkan bahwa suntikan "booster" ketiga dapat meningkatkan perlindungan di antara populasi pasien kanker. Sebab, pasien dengan kanker dikeluarkan dari uji klinis yang dilakukan untuk mengembangkan vaksin.
Untuk mengeksplorasi dampak potensial dari kemoterapi dan imunoterapi pada perlindungan yang diberikan oleh vaksinasi terhadap COVID-19, studi VOICE mendaftarkan 791 pasien dari beberapa rumah sakit di Belanda dalam empat kelompok studi berbeda. Mereka terdiri dari individu tanpa kanker, pasien kanker yang diobati dengan imunoterapi, pasien yang diobati dengan kemoterapi dan pasien yang diobati dengan kombinasi kemoterapi-imunoterapi. Studi ini untuk mengukur respons mereka terhadap vaksin mRNA-1273 dua dosis Moderna.
Pada 28 hari setelah pemberian dosis kedua, tingkat antibodi yang memadai terhadap virus dalam darah ditemukan pada 84 persen pasien dengan kanker yang menerima kemoterapi. Kemudian, 89 persen pasien yang menerima kemoterapi kombinasi dan 93 persen pasien dengan imunoterapi saja.
Ahli kanker paru-paru di European Institute of Oncology di Milan, Italia, Antonio Passaro, mengatakan hasil ini lebih baik dibandingkan dengan respons antibodi yang terlihat di hampir semua (99,6 persen) kelompok individu tanpa kanker:
"Tingkat kemanjuran vaksin yang tinggi yang diamati di seluruh populasi percobaan, terlepas dari jenis pengobatan antikanker, merupakan pesan yang kuat dan meyakinkan bagi pasien dan dokter mereka," kata Passaro dilansir dari news-medical pada Selasa (21/9).
Baca juga : Bahaya Covid-19 bagi Penderita Imunosupresi dan Neurologis
Passaro lebih lanjut menyoroti pentingnya memastikan vaksinasi dua dosis yang lengkap untuk pasien dengan kanker. Tujuannya untuk mengembangkan antibodi pelindung yang cukup terhadap virus. Pasalnya data percobaan menunjukkan hanya sekitar satu dari tiga yang menerima kemoterapi sendiri atau dalam kombinasi dengan imunoterapi telah mencapai respons yang cukup setelah vaksinasi pertama.
Diketahui, studi ini direplikasi dalam penelitian tentang efek tozinameran (Pfizer-BioNTech) di antara 232 pasien kanker dan 261 subjek kontrol di Israel. Adapun kurang dari sepertiga individu dengan kanker (29 persen) mengembangkan antibodi setelah menerima dosis pertama, dibandingkan dengan 84 persen pada kelompok kontrol. Selanjutnya, proporsi ini meningkat menjadi 86 persen setelah pemberian dosis kedua.