REPUBLIKA.CO.ID, SOLOK -- Objek wisata kuliner warung kopi sawah di Solok, Sumatra Barat, yang menyediakan berbagai jenis makanan tradisional khas Minangkabau diminati pengunjung. Pengelola objek wisata kuliner Warung Kopi Sawah, Diki Asnur, mengatakan makanan khas Minangkabau yang disediakan di warung kopi sawah berupa lemang pisang, lepat ketan, dan teh telur.
Menu masakan berupa bebek sawah, belut, dan beberapa makanan khas lainnya juga ditawarkan. "Kami menyediakan makanan tradisional khas Minangkabau yang saat ini mulai jarang ditemukan di tengah masyarakat dan ternyata banyak diminati wisatawan," kata dia, Selasa (1/9).
Selain itu, Diki memberdayakan masyarakat sekitar untuk menyediakan makanan tersebut. "Kami memesan ke ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Tanjung Paku yang bisa membuat makanan tradisional tersebut," ujarnya.
Warung Kopi Sawah ini sebelumnya merupakan objek wisata Taman Kitiran yang cukup ramai dikunjungi wisatawan sebelum pandemi Covid-19. Letaknya pun tidak jauh dari terminal lama Kota Solok. "Semenjak pandemi Covid-19, konsep wisata Taman Kitiran yang semula berupa edu tourism diubah menjadi konsep wisata kuliner atau Warung Kopi Sawah yang saat ini menjadi salah satu ikon wisata kuliner di Kota Solok," ujarnya.
Menurut dia, sebagai penggerak objek wisata mesti melakukan suatu inovasi di tengah pandemi saat ini, kalau tidak ada inovasi bisa tutup sektor pariwisata. Bahkan, semenjak dilakukan perubahan ke warung kopi sawah itu memunculkan peluang baru.
"Dengan demikian, mulai ada peluang baru, mulai ada tenaga kerja, peluang bisnis, terbuka kesempatan untuk mendapatkan pemasukan. Setidaknya bisa bertahan di situasi pandemi Covid-19 ini," kata dia.
Kendati demikian, dia mengatakan Taman Kitiran tetap dengan kegiatan edu tourism-nya salah satunya tetap mengadakan pelatihan kepemimpinan bagi siswa termasuk kegiatan hidup di alam yang ditawarkan ke sekolah dasar. Dia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir.
Dia berencana mengembangkan objek wisata itu menjadi desa wisata Tanjung Paku sehingga semua potensi yang ada di desa bisa dimaksimalkan, seperti wisata kuliner, wisata membatik, wisata agro, edu tourism, camping ground, dan wisata budaya dan cagar budaya. "Semoga pandemi ini segera berakhir. Kami berharap objek wisata ini terus berkembang yang awalnya hanya berupa satu destinasi objek wisata saja berupa taman kitiran atau warung kopi sawah, diharapkan ke depannya berubah menjadi kawasan desa wisata Tanjung Paku," ujar Diki.
Menurut dia, saat ini tren perubahan wisata, yakni dari wisata mass tourism menjadi wisata desa. Untuk itu, mesti memaksimalkan potensi yang ada di desa.