Ahad 29 Aug 2021 00:15 WIB

Uji Klinis: Plasma Konvalesen tidak Cegah Keparahan Covid-19

National Institute of Health telah menerbitkan hasil uji klinis plasma konvalesen.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Penyintas Covid-19 menyumbangkan plasma konvalesennya (Ilustrasi).
Foto:

Uji klinis melibatkan lebih dari 500 peserta dari 48 unit gawat darurat di seluruh AS. Para peserta terdiri dari berbagai ras dan etnis dengan usia rata-rata 54 tahun, dan hampir setengahnya adalah perempuan.

Peserta juga memiliki setidaknya satu faktor risiko untuk berkembang menjadi Covid-19 yang parah, seperti obesitas, hipertensi, diabetes, penyakit jantung, atau penyakit paru-paru kronis. Para peserta secara acak diberikan pengobatan dengan plasma konvalesen Covid-19 titer tinggi (mengandung antibodi anti-Covid-19) atau plasebo (larutan garam yang diresapi dengan multivitamin).

photo
Donor Plasma Konvalesen - (Republika)

Para peneliti membandingkan hasil pada kedua kelompok dalam waktu 15 hari pengobatan. Mereka memantau secara khusus apakah pasien perlu mencari perawatan darurat lebih lanjut, di rawat di rumah sakit atau meninggal.

Hasilnya, para peneliti tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam perkembangan penyakit antara kedua kelompok. Dari 511 peserta, perkembangan penyakit terjadi pada 77 (30 persen) pada kelompok plasma Covid-19 dibandingkan dengan 81 pasien (31,9 persen) pada kelompok plasebo.

"Hasilnya menunjukkan bahwa plasma konvalesen tampaknya tidak bermanfaat bagi kelompok tertentu ini. Tetapi temuan ini menjawab pertanyaan klinis yang penting dan dapat membantu membawa para peneliti selangkah lebih dekat untuk menemukan perawatan yang lebih efektif melawan penyakit yang menghancurkan ini," kata peneliti lainnya, Nahed El Kassar.

Peneliti belum menemukan alasan pasti terkait temuan ini. Mereka terus mencari penjelasan yang mungkin, termasuk dosis plasma yang tidak mencukupi, waktu pemberian plasma, faktor terkait inang, atau aspek lain dari respons jaringan inang terhadap infeksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement