Sabtu 28 Aug 2021 09:59 WIB

5 Mitos yang Paling Banyak Beredar Soal Vaksin dan Covid-19

Apa saja mitos yang paling banyak beredar soal vaksin dan Covid-19?

Vaksin Covid-19. Banyak mitos yang berkembang di masyarakat soal vaksin dan Covid-19.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr Reisa Broto Asmoro menjawab sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat terkait vaksinasi dan Covid-19 dalam acara bincang-bincang yang digelar virtual, Jumat (27/8) malam. Apa saja mitos yang paling banyak beredar?

Mitos: Keberadaan chip yang disuntikkan ke dalam tubuh melalui vaksin Covid-19

Baca Juga

Reisa menjelaskan, vaksin buatan manapun, baik Amerika, Eropa, atau China, punya standar internasional yang sama. Vaksin hanya berisi komponen virus serta bahan-bahan yang membuat vaksin awet di dalam tubuh.

"Jadi tidak ada tuh isi chip segala macam," kata dia.

Mitos: Merokok dapat menangkal virus corona

Reisa menegaskan hal itu tidak benar. Dia mengatakan bahwa merokok justru memperburuk kondisi tubuh, terlebih terinfeksi Covd-19.

Merokok juga berpotensi menularkan droplet ke lingkungan sekitar, apalagi jika dilakukan di ruangan yang tidak memiliki sirkulasi udara yang bagus. Hal itu membuat virus bertahan di udara dan berpotensi terhirup oleh orang lain.

Mitos: Anak-anak kebal terhadap Covid-19

Reisa mengatakan bahwa tingkat kematian anak-anak karena Covid-19 di Indonesia justru tergolong tinggi. Ia menyerukan agar semua pihak ekstra hati-hati menjaga anak dan mengajarkan protokol kesehatan pada anak.

"Jadi jangan salah kaprah, anak-anak ini bukan berarti kebal dan justru malah kita harus bersedih karena di Indonesia ini tingkat kematian anak karena Covid-19 ini tinggi sekali dibanding negara lainnya" kata Reisa.

Protokol kesehatan dapat diabaikan setelah menerima vaksin Covid-19

Reisa menilai hal itu salah kaprah. Vaksinasi Covid-19 tidak membuat tubuh menjadi kebal 100 persen.

Vaksin, merupakan bagian dari ikhtiar membentengi diri dari penularan Covid-19. Selain vaksin, ikhtiar lain yang harus dilakukan adalah menerapkan protokol kesehatan.

"Nantilah, suatu saat kalau misalnya semuanya sudah divaksinasi, kita sudah mempunyai herd immunity atau kekebalan komunal, barulah kita bisa berharap bisa melonggarkan protokol kesehatan ini," kata Reisa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement