REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir 18 bulan sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, enam produk vaksin Covid-19 telah didistribusikan di Indonesia. Ada Coronavac dari Sinovac, BBIBP-CorV dari Sinopharm, Comirnaty dari Pfizer-BioNTech, Moderna, Oxford-AstraZeneca, dan Gam-COVID-Vac alias Sputnik-V.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, perbedaan vaksin-vaksin tersebut ada pada teknik pengembangan bahan bakunya. Selain itu, targetnya untuk populasi di Indonesia juga berbeda.
Wiku menjelaskan, dua vaksin buatan perusahaan farmasi China, yakni Sinovac dan Sinopharm, merupakan jenis vaksin inaktif. Dalam pengembangannya, vaksin inaktif menggunakan seluruh bagian dari virus yang telah dimatikan atau dilemahkan.
"Vaksin inaktif dapat menggunakan seluruh bagian dari virus yang telah dimatikan oleh senyawa kimia, pemanasan, atau radiasi," ujar Wiku.
Vaksin juga bisa dihasilkan dengan teknik pengembangan bahan baku yang berasal dari virus hidup yang dilemahkan dan tidak dapat membuat penerimanya menjadi sakit. Sementara itu, vaksin Covid-19 AstraZeneca dikembangkan dari vektor virus-- yang tidak menyebabkan penyakit--untuk mengirimkan protein khusus sehingga dapat menimbulkan respons kekebalan.
Sementara itu, vaksin Sputnik-V dikembangkan oleh The Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology di Rusia. Vaksin Covid-19 ini menggunakan platform Non-Replicating Viral Vector (Ad26-S dan Ad5-S) dari adenovirus manusia.
Wiku mengatakan, vaksin ada juga yang menggunakan bagian tertentu dari virus atau sub unit bagian spesifik dalam pengembangan jenis vaksin ini. Umumnya yang dipakai ialah senyawa protein dari virus.
"Moderna dan Pfizer tergolong vaksin mRNA, yakni yang memanfaatkan teknologi genetika dalam pengembangannya," kata Wiku.
Lebih lanjut, Wiku mengungkap semua vaksin Covid-19 yang ada di Indonesia aman. Vaksin telah melalui tahapan evaluasi yang cukup panjang sebelum dinyatakan aman dan efektif digunakan.