REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Data baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menegaskan keamanan vaksin mRNA COVID-19 selama kehamilan. Proyek pengawasan yang sedang berlangsung tidak menemukan masalah keamanan untuk vaksin atau peningkatan tingkat keguguran.
CDC memantau ribuan kehamilan sebagai bagian dari proyek besar yang berlangsung untuk melacak efek samping vaksin COVID-19 yang disebut v-safe. Disebut V-safe COVID-19 Vaccine Pregnancy Registry, saat ini ada lebih dari 100.000 kehamilan yang termasuk dalam proyek ini.
Pada bulan Juni, hasil pertama dari studi surveilans sudah menempuh proses peninjauan dan dipublikasikan di The New England Journal of Medicine. Penelitian itu tidak mendeteksi efek samping yang tidak biasa atau komplikasi kehamilan pada mereka yang divaksinasi selama kehamilan atau divaksinasi sebelum hamil.
Analisis baru data v-safe ini berfokus lebih spesifik pada keguguran pada 20 minggu pertama kehamilan. Studi ini, belum ditinjau oleh rekan sejawat, termasuk 2.456 orang yang menerima vaksin mRNA COVID-19 baik sebelum pembuahan atau selama 20 minggu pertama kehamilan. Sekitar 13 persen subjek dalam penelitian ini mengalami keguguran pada 20 pekan pertama kehamilan.
Secara umum, keguguran dapat terjadi pada 11 hingga 16 persen kehamilan. Data baru ini menegaskan bahwa vaksinasi mRNA COVID-19 tidak meningkatkan risiko keguguran dini pada seseorang.
Penelitian sebelumnya belum mendeteksi vaksinasi mRNA yang mengarah ke tingkat yang lebih tinggi, kelahiran prematur atau kelainan pada bayi baru lahir. Pengawasan v-safe sedang berlangsung, dan akan terus melacak kehamilan di AS untuk tanda-tanda efek vaksin yang merugikan.
"CDC mendorong semua orang hamil atau orang yang berpikir untuk hamil dan mereka yang menyusui untuk mendapatkan vaksinasi untuk melindungi diri mereka dari COVID-19,” kata Direktur CDC Rochelle Walensky dilansir dari New Atlas pada Selasa (17/8).
Meskipun tidak ada tanda-tanda efek samping dari vaksin COVID-19 pada individu hamil sejauh ini, ada bukti yang jelas bahwa infeksi COVID-19 dapat berdampak buruk pada kehamilan. Para peneliti di Inggris telah menemukan mereka yang hamil memiliki risiko lebih besar terkena penyakit parah akibat COVID-19 dan dua kali lebih mungkin mengalami kelahiran prematur.
"Kami tahu bahwa mereka yang hamil dengan COVID-19 berada pada peningkatan risiko sakit parah, terutama pada trimester ketiga, dan vaksin adalah cara paling aman dan paling efektif untuk melindungi wanita dan bayi mereka," kata Presiden Royal College of Obstetricians and Gynaecologists di Inggris, Edward Morris.
"Dari jumlah wanita hamil yang dirawat di ruang perawatan intensif dengan COVID-19 selama beberapa minggu terakhir, jelas bahwa risiko berkurang bagi mereka yang telah menerima vaksin terutama jika mereka telah memiliki dua vaksinasi," ucap Morris.