Kamis 12 Aug 2021 17:09 WIB

'Ikoy-ikoyan' Jadi Tren, Ini Efeknya Menurut Psikolog

Tren ini disebut dapat menurunkan karakter seseorang.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Influencer Arief Muhammad terkenal sebagai orang yang memulai tren permainan ikoy-ikoyan.
Foto: Tangkapan layar Instagram
Influencer Arief Muhammad terkenal sebagai orang yang memulai tren permainan ikoy-ikoyan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog dari Universitas Indonesia, A Kasandra Putranto, menilai tren aksi "ikoy-ikoyan" yang dipopulerkan oleh influencer, Arief Muhammad, di media sosial (medsos) bisa menimbulkan efek kebiasaan. Artinya, setiap kesulitan akan diatasi dengan meminta bantuan kepada orang lain tanpa adanya usaha terlebih dahulu.

Oleh sebab itu, menurut dia, tren tersebut harus disikapi dengan bijak. "Berbagi pada dasarnya adalah hal yang baik sebagai makhluk sosial, namun kita sudah diajarkan sejak kecil bahwa tidak seharusnya memamerkan hal tersebut," kata Kasandra, Kamis (12/8).

Tren "Ikoy-Ikoyan" sendiri adalah sebutan untuk hadiah yang diberikan kepada para followers yang mengirim DM maupun komentar unik dan lucu di akun Instagram Arief. Namun belakangan ini, tren "ikoy-ikoyan" semakin ramai dan tersebar. 

Warganet tak hanya meminta 'hadiah' kepada Arief Muhammad melainkan beberapa artis maupun influencer.Pada sebagian orang, berbagi bisa saja menjadi bagian dari strategi marketing, kata Kasandra. "Sebagai imbal jasa atas apa yang dilakukan orang lain, ada yang membuat menjadi tenar, menambah followers dan membangun image positif dan atau membeli kesetiaan," kata Kasandra.

Menurut dia, tren "ikoy-ikoyan" itu tergantung dari motif dan cara untuk melakukannya. Sebab, hal ini akan merefleksikan profil psikologis, baik inteligensi dan kepribadian seseorang. "Dengan meyakini prinsip law of attraction, kita akan memetik apa yang kita tanamkan. Berbagi karena pamrih, atau memang karena mengasihi sesama," ujarnya.

Psikolog dan founder dari Klinik Psikologi Ruang Tubuh, Irma Gustiana A, M.Psi, mengatakan sebaiknya tren ini tidak menjadi kebiasaan di masyarakat. "Jadi artinya kalau memang si influencer atau selebgram ingin menolong ya menolonglah dengan cara yang mungkin proporsional, yang tepat, sehingga tidak salah sasaran," kata Irma.

Dia menjelaskan, tren ini mungkin tidak menimbulkan gejala-gejala yang berisiko mengalami gangguan mental. Namun, hal ini dapat menurunkan karakter seseorang.

"Jadi kalau misalnya dia sekali terus dikasih, besokannya ah nyoba lagi nih sama siapa gitu kan. Terus ternyata mungkin direspons juga. Nanti lama-lama jadi kebiasaan. Mental seseorang ini bukan jadi mental yang tangguh karena merasa meminta pada seseorang itu adalah jalan keluar," jelasnya.

Dalam keterangannya dalam konten Youtube bersama Denny Sumargo, Arief Muhammad, menyayangkan adanya beberapa followers yang menyebabkan tren ini menjadi tak terkendali. "Pertama jadi spam banget, jadi annoying, jadi kayak mengemis, padahal gue berkali-kali bilang jangan ngemis karena enggak bakal gue kasih. Jangan bikin cerita-cerita sedih, bohong, dan lebay. Gue bikin ini bukan untuk tren juga. Gue kepengin aja main berbagi kepada followers," kata Arief.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement