Rabu 11 Aug 2021 15:04 WIB

Penderita Asma Belum Tentu Bergejala Berat Saat Covid-19

Asma tidak terkait dengan keparahan atau hasil Covid-19 yang lebih buruk.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Asma (ilustrasi)
Asma (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seseorang yang meminum obat untuk mengendalikan asma mungkin akan lebih terlindungi dari risiko Covid-19 yang serius dibandingkan mereka yang tidak minum obat sama sekali. Namun, itu semua tetap tergantung pada seberapa parah kondisi orang tersebut.

Data pada lebih dari 61 ribu pasien Covid-19 menunjukkan bahwa mereka yang menderita asma aktif (yang berarti mereka mengunjungi dokter dalam 12 bulan terakhir karena kondisi mereka) yang menggunakan obat untuk mengobatinya, mendapat manfaat dari risiko penyakit parah 25 persen lebih rendah. Studi University of Southern California juga menemukan, secara umum orang dengan asma aktif memiliki peluang lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit, masuk ICU, dibandingkan mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut.

Hasil serupa ditemukan di antara pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pasien Covid-19 dengan asma tidak aktif atau mereka yang tidak memerlukan perawatan klinis, tidak dihadapkan pada risiko corona yang lebih tinggi sehingga orang dengan kasus asma ringan tidak perlu terlalu khawatir.

Menurut makalah yang diterbitkan di The Journal of Allergy and Clinical Immunology: In Practice itu, orang yang memerlukan perhatian medis untuk asma harus terus minum obat mereka saat pandemi berkecamuk.

"Siapapun yang menderita asma harus terus berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan untuk memastikan mereka mendapatkan pengobatan terbaik dan mengurangi kemungkinan Covid-19 yang parah," ujar rekan penulis studi Zhanghua Chen, yang juga asisten profesor ilmu kependudukan dan kesehatan masyarakat di USC.

Para peneliti berspekulasi, beberapa di antara obat asma bekerja dengan mengurangi peradangan di saluran udara, mungkin melindungi terhadap Covid-19, yang juga diketahui menyebabkan peradangan berbahaya di seluruh tubuh. Para ahli mengatakan, teorinya sulit dipelajari, tetapi mungkin menjelaskan mengapa banyak penelitian gagal menemukan hubungan yang kuat antara asma dan risiko Covid-19 yang lebih tinggi.

"Orang dengan asma tampaknya tidak lebih terpengaruh oleh Covid-19 dibandingkan orang yang tidak menderita asma," ujar dokter perawatan kritis paru dan Direktur Rutgers Institute for Translational Medicine and Science di New Jersey, dr Reynold Panettieri Jr, dilansir di Star-Telegram, Rabu (11/8).

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), mengatakan, orang dengan asma sedang hingga berat lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena Covid-19, tapi justru bukan itu yang ditemukan oleh banyak penelitian tentang topik tersebut.

"Asma belum menjadi salah satu penyakit komorbiditas teratas penyebab Covid-19 yang lebih buruk," kata Direktur Pusat Asma, Alergi, dan Perawatan Paru Mary Parkes di Pusat Medis Universitas Rochester di New York, dr Sandhya Khurana.

"Kami selalu khawatir dengan asma dan infeksi virus karena tampaknya memicu eksaserbasi asma secara tidak wajar. Tapi apa yang kami lihat sejauh ini cukup meyakinkan," ujarnya.

Sebuah penelitian terhadap lebih dari 300 ribu pasien Covid-19 dari Asia, Eropa, serta Amerika Utara dan Selatan, menemukan hanya sekitar tujuh orang penderita asma di setiap 100 orang. Juga ditemukan bahwa orang dengan asma memiliki risiko 14 persen lebih rendah terkena Covid-19, dan secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit.

Bisa jadi reseptor kimia tertentu di paru-paru yang ditempeli virus corona "kurang aktif" pada penderita asma. Atau, ketidakpastian awal tentang dampak asma pada Covid-19 mungkin telah menyebabkan kecemasan di antara pasien dan perawat yang membuat mereka lebih waspada dalam mencegah penyebaran.

Sebuah makalah terpisah menemukan, asma tidak terkait dengan keparahan atau hasil Covid-19 yang lebih buruk, termasuk kebutuhan akan ventilator. Makalah itu juga mengungkapkan, orang dengan asma memiliki risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan orang tanpa asma.

Jenis asma yang dimiliki seseorang bisa menentukan bagaimana infeksi mereka bermanifestasi. Penelitian Universitas Harvard menunjukkan, orang yang asmanya dipicu oleh alergen tidak menghadapi peningkatan risiko Covid-19. Tetapi mereka yang menderita asma non-alergi memiliki peluang hingga 48 persen lebih tinggi untuk menderita penyakit parah.

"Pasien dalam kondisi seperti diabetes atau hipertensi, ekspresi reseptornya meningkat. Itulah kemungkinan alasan mengapa penyakit penyerta tersebut berisiko sangat tinggi pada infeksi ini," kata Khurana dari University of Rochester.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement