Studi tersebut mengungkap, ANEC menjadi ensefalopati atipikal yang terlihat hampir secara eksklusif pada anak-anak atau bayi yang sebelumnya sehat di Asia Timur, termasuk Jepang dan Taiwan. Kasus sporadisnya sejauh ini telah dilaporkan dari seluruh dunia.
Sudip Chowdhury, dokter anak di Rumah Sakit Columbia Asia, Palam Vihar, Gurugram, India mengatakan, kasus tersebut merupakan ensefalopati yang berkembang pesat. Gejalanya ditandai dengan demam, tingkat kesadaran yang menurun, dan kejang dengan etiologi yang tidak diketahui, namun kemungkinan adalah virus.
Pasien muda biasanya datang dengan gejala gangguan sistem saraf pusat--yakni otak dan tulang belakang--yaitu kejang, kehilangan kesadaran, kelemahan, dan kelumpuhan anggota badan, diikuti dengan penurunan kondisi pasien yang cepat. Ini merupakan gangguan multi-faktorial, yaitu terdapat komponen genetik dikombinasikan dengan ganguan lingkungan, serta terkadang infeksi virus.
"Kedua faktor ini bergabung untuk menyebabkan kemungkinan besar gangguan auto-imun yang menyebabkan kerusakan luas pada otak, tingkat morbiditas, dan mortalitas yang tinggi," ujar Ranjeet Ghuliani, seorang profesor dan dokter anak di Rumah Sakit Sharda.