Jumat 06 Aug 2021 16:02 WIB

Studi: Gejala Covid-19 Berbeda untuk Laki-Laki dan Perempuan

Gejala covid-19 pada masing-masing individu bisa berbeda.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Virus Covid-19 (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Virus Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti di Kings’s College London (KCL) dengan melihat data dari aplicais Zoe Covid Symptom menemukan bahwa infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) dapat menimbulkan gejala yang cenderung berbeda bagi perempuan dan laki-laki. Selain itu, terdapat gejala awal yang cenderung terjadi bagi orang-orang yang terkena penyakit wabah ini. 

Disebutkan bahwa pria cenderung mengalami sesak napas, kelelahan, kedinginan, dan demam saat terinfeksi virus corona jenis baru. Sementara, bagi perempuan dengan COVID-19 seringkali melaporkan gejala berupa kehilangan indera penciuman, nyeri dada, dan batuk terus menerus.

Baca Juga

 

Selain itu, bagi orang-orang berusia 60 tahun ke atas sering mengalami gejala diare. Meski demikian, kehilangan kemampuan indera penciuman jarang terjadi pada kelompok usia ini.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Lancet Digital Health ini didasarkan pada pemodelan menggunakan kecerdasan buatan untuk memprediksi tanda-tanda awal COVID-19. Penulis utama studi, Claire Steves mengatakan bahwa penting bagi orang-orang untuk mengetahui gejala awal yang lebih luas dan mungkin berbeda bagi masing-masing individu. 

“Panduan pengujian dapat diperbarui untuk memungkinkan kasus diambil lebih awal, terutama dalam menghadapi varian baru yang sangat mudah menular,” ujar Steves, dilansir Bournemouthcho, Jumat (6/8). 

Secara keseluruhan, tim peneliti memeriksa 18 gejala berbeda yang terkait dengan COVID-19. Tanda-tanda awal termasuk diantaranya adalah kehilangan indera penciuman, nyeri dada, batuk terus-menerus, sakit perut, ruam pada kaki, nyeri mata, dan nyeri otot yang tidak biasa. Para ilmuwan juga menemukan demam bukanlah ciri awal penyakit pada kelompok usia manapun, meskipun merupakan gejala yang umum diketahui.

Tim peneliti mengatakan studi pemodelan digunakan pada strain asli virus corona jenis baru yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina, serta varian Alpha. Namun, mereka menambahkan, bahwa temuan menunjukkan gejala varian Delta dan varian selanjutnya juga akan berbeda di seluruh kelompok populasi.

Marc Modat, Dosen Senior di KCL, mengatakan sebagai bagian dari penelitian, tim telah dapat mengidentifikasi bahwa profil gejala akibat COVID-19 berbeda dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Ini menunjukkan bahwa kriteria untuk mendorong orang melakukan tes harus dipersonalisasi, dengan menggunakan informasi individu seperti usia.

"Atau, serangkaian gejala yang lebih besar dapat dipertimbangkan, sehingga manifestasi penyakit yang berbeda di seluruh kelompok yang berbeda diperhitungkan,” jelas Modat.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement