Rabu 04 Aug 2021 13:15 WIB

Pemberian ASI Eksklusif tak Mudah di Indonesia Saat Pandemi

Pakar khawatir Indonesia terputus 1 generasi akibat tutupnya layanan kesehatan dasar

Pemberian air susu ibu atau ASI sangat penting bagi kesehatan seorang bayi.
Pemberian air susu ibu atau ASI sangat penting bagi kesehatan seorang bayi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemberian air susu ibu atau ASI sangat penting bagi kesehatan seorang bayi memasuki tahap kehidupan selanjutnya. Elizabeth Kimani, kepala Unit Kesejahteraan Ibu dan Anak di Pusat Penelitian Kesehatan Penduduk Afrika (APHRC), mengatakan seorang berpeluang memiliki penyakit berat atau morbiditas di usia selanjutnya jika seorang bayi tidak diberi ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupannya.

“Ada juga risiko obesitas, karena pada penggantinya ditemukan bahan yang meningkatkan lemak. Ada juga masalah asma dan penyakit, jadi ASI adalah pelindung dari hal-hal seperti itu,” kata dia.

Baca Juga

Namun memberian air susu ibu atau ASI di masa pandemi bukan perkara mudah. Sang ibu harus membagi pekerjaan rumah tangganya dengan mendampingi anak sekolah secara daring dari rumah, sekaligus menyusui.

"Juga sulit bagi ibu dan bayinya untuk mendapatkan konseling dan bantuan menyusui karena ada pembatasan sosial dan keharusan menjaga jarak," kata Nia Umar, ketua umum asosiasi ibu menyusui Indonesia, kepada Anadolu Agency, pada Selasa.

Berbicara dalam rangka pekan ASI sedunia, Nia mengatakan tantangan besar juga dihadapi oleh ibu hamil yang mau melahirkan karena menghadapi faktor risiko dari Covid-19. "Sehingga banyak kelahiran bayi prematur akibat infeksi Covid-19 dan kondisi ini menyulitkan proses menyusui juga," tambah Nia.

Selain itu, catatan Anadolu, ibu hamil yang akan melahirkan namun positif Covid-19 setelah menjalani tes, rumah sakit tidak mau menangani persalinan dan merekomendasikan ke rumah sakit lain.

Menurut ahli gizi Tan Shot Yen "pengganggu" pemberian ASI di Indonesia cukup banyak, apalagi di masa pandemi. Sebelum pandemi, masih ada nakes tidak mendukung pemberian ASI sehingga para ibu jatuh ke susu formula dengan berbagai alasan.

"Pemahaman ibu bayi tentang ASI masih minim," kata Tan. "Menyusui adalah HAK bayi dan dilindungi undang-undang," tambah Tan.

Di masa pandemi, kata Tan, masih ada rumah sakit tidak mengizinkan IMD (inisiasi menyusu dini) karena alasan protokol kesehatan. Bayi yang baru lahir dipisah dari ibunya saat di rumah sakit sehingga berisiko diberi susu formula.

"Sayang sekali, seharusnya kompetensi tenaga kesehatan termasuk sebagai konselor laktasi," kata Tan tanpa menyebutkan identitas rumah sakitnya, kepada Anadolu Agency.

Meskipun demikian, secara umum tren menyusui di Indonesia mengalami peningkatan. Mengutip Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017, cakupan ASI eksklusif mencapai 52% dari populasi bayi berusia 6 bulan.

Data ini menunjukkan hampir setengah bayi berusia 0-6 bulan di Indonesia tidak bisa mendapatkan ASI eksklusif karena berbagai hambatan dan masalah.

Tantangan ini tidak hanya milik Indonesia. Di perdesaan Nyeri County di Kenya, sebagian besar keluarga tidak memberikan ASI eksklusif karena ketidaktahuan maupun tantangan dalam hidup para ibu, seperti harus pergi bekerja, kurangnya dukungan terutama untuk ibu muda, dan masalah keuangan dan ekonomi keluarga.

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/pemberian-asi-eksklusif-tidak-mudah-dilakukan-di-indonesia-di-masa-pandemi/2323369
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement