REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengemukakan kanker payudara masih menjadi masalah besar di berbagai negara berkembang. Laporan angka kematian akibat penyakit ini mencapai 685 ribu kasus sepanjang 2020 dari 2,3 penderita. Untuk itu, ia mengajak semua pihak bersama untuk menekan angka tersebut.
"Komitmen dan tanggung jawab bersama dari semua pemangku kepentingan sangat penting dalam memastikan keberhasilan pencegahan dan pengendalian kanker payudara melalui promosi kesehatan, skrining, deteksi dini, dan pengobatan standar," kata Menkes Budi saat memberikan sambutan pada hari terakhir acara Southeast Asia Breast Cancer Symposium (SEABCS) 2021, Ahad (1/8).
Menkes mengaku percaya, dengan bekerja sama, membangun kekuatan, dan mengalokasikan sumber daya yang cukup, negara-negara di Asia Tenggara dapat mencapai hasil yang lebih baik dalam pengendalian kanker payudara di lingkup kawasan hingga global.
Dalam acara yang sama, Dr Julie Torode dari Institute of Cancer Policy/Kings College London menyampaikan pentingnya upaya deteksi dini kanker payudara di kalangan perempuan. Pihaknya melaporkan terdapat 18,1 juta pasien kanker baru di dunia dan 48,4 persen berada di Asia, sedangkan terdapat 9,6 juta kematian akibat kanker di dunia dan 57,3 persen di Asia.
“Kata kunci yang menjadi perhatian adalah ekuitas, integrasi dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan," katanya.
Sementara itu perwakilan dari WHO, Dr Benjamin Anderson berpendapat bahwa tantangan terbesar kanker payudara adalah kepenyintasan yang meliputi reintegrasi, mengatasi stigma, kondisi keuangan, dukungan, dan layanan paliatif.
“Untuk itu agar efektif, deteksi dini kanker payudara harus ditindaklanjuti dengan efektif, tepat waktu, disertai pengobatan, dan layanan pendukung," katanya.
Ia pun berharap agar adanya inisiatif secara global dapat menurunkan angka kematian akibat kanker payudara di dunia sebesar 2,5 persen per tahun, di antara tahun 2020 hingga 2040.
Upaya yang dilakukan di antaranya kegiatan promosi kesehatan untuk deteksi dini, diagnosa kanker payudara tepat waktu, dan tata laksana kanker payudara yang komprehensif.
Kegiatan SEABCS diikuti dari 22 negara terdiri atas 1.248 peserta, 706 tenaga pendukung, 543 dokter dengan penyampaian yang dipresentasikan sebanyak 70 tema.
Carolyn Taylor selaku Executive Director of Global Focus on Cancer, USA berharap agar peserta SEABCS 2021 terus memperkuat komitmen untuk terus bekerja sama dalam membangun kapasitas pada upaya advokasi dan perawatan kanker di kawasan Asia Tenggara.
Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) Linda Agum Gumelar memandang perlunya rangkaian program yang berkesinambungan. Mulai dari kebijakan, pelaksanaan di tingkat Puskesmas hingga rumah sakit tipe A, dan profesi tenaga kesehatan. Ini agar upaya penurunan kanker payudara stadium lanjut dapat terlaksana dan memberikan hasil yang nyata.
"Begitu pula tata kelola program, manajemen dan klinis merupakan kesatuan sehingga program yang dicanangkan dapat berjalan lancar serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi program terlaksana untuk perbaikan program selanjutnya," katanya saat menutup SEABCS 2021.