REPUBLIKA.CO.ID, ANN ARBOR -- Jajak pendapat terbaru di Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa sebagian orang tua enggan anaknya mendapat vaksinasi Covid-19. Survei itu dilakukan Ipsos Public Affairs atas permintaan Rumah Sakit Anak CS Mott di Ann Arbor, Michigan, AS.
Terdapat 40 persen orang tua dari anak berusia 12-18 tahun yang menyatakan keberatan apabila buah hati mereka divaksinasi. Sementara, 39 persen orang tua dengan anak berusia 12-18 tahun mengatakan anaknya sudah divaksinasi.
Sementara, 21 persen orang tua dari rentang usia yang sama mengatakan ada kemungkinan nantinya anak-anak mereka akan divaksinasi. Berbeda halnya dengan pandangan orang tua dengan rentang usia anak di bawah 12 tahun.
Untuk ibu dan ayah dari anak berusia tiga sampai 11 tahun, ada 49 persen yang mempertimbangkan kemungkinan anak-anak mereka divaksin setelah ada izin dari pemerintah. Sementara, 51 persen dengan tegas menyatakan tidak mau.
Survei pada Juni 2021 itu melibatkan 2.019 orang dewasa yang memiliki anak yang berusia antara tiga hingga 18 tahun. Alasan paling umum dari orang tua yang menolak vaksin anak (70 persen) adalah mencemaskan efek samping.
Co-Director CS Mott Children's Hospital National Poll on Children's Health, Sarah Clark, menanggapi temuan tersebut. Menurut dia, pandemi mengubah cara orang tua memikirkan kesehatan dan keselamatan anak mereka.
Selain protokol kesehatan seperti memakai masker hingga menghindari kerumunan, pertimbangan lain tentunya soal vaksin. Terlebih, ketika otorisasi vaksin Covid-19 meluas ke kelompok usia yang lebih muda.
"Orang tua juga mempertimbangkan apakah anak mereka harus divaksinasi dan kapan. Jajak pendapat kami memberikan wawasan tentang sikap orang tua saat ini soal vaksin anak dan faktor apa yang menjadi pengambilan keputusan mereka," ujar Clark.
Saat ini, Pemerintah AS mengizinkan pemberian vaksin Pfizer-BioNTech untuk anak berusia 12 tahun ke atas. Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) sedang mempertimbangkan Moderna untuk kebutuhan sama.
Kedua perusahaan saat ini menjalankan uji klinis vaksin untuk anak berusia 12 tahun ke bawah. Adanya uji klinis itu rupanya memengaruhi pertimbangan orang tua, yang hasilnya dianggap penting oleh 63 persen peserta survei.
Sebanyak 62 persen mengatakan, bukti seberapa baik vaksin bekerja pada anak-anak adalah faktor penting dalam penentuan vaksinasi. Sedangkan, 56 persen orang tua mengatakan pandangan mereka sendiri yang berperan.
Sekitar 38 persen orang tua mengatakan rekomendasi dari penyedia layanan kesehatan atau dokter anak mereka akan berperan besar dalam penentuan vaksinasi. Sebanyak 33 persen mengatakan itu hanya sedikit berperan.
Orang tua yang anaknya belum divaksinasi juga mengungkap lokasi pemberian suntikan yang paling disukai. Sebanyak 42 persen memilih tempat praktik dokter, lima persen lebih menyukai apotek, dan 19 persen tidak memiliki preferensi.
"Banyak orang tua yang terbiasa anak-anak mereka mendapatkan vaksin di kantor dokter. Jajak pendapat kami menunjukkan bahwa ketersediaan vaksin di klinik anak dapat membantu orang tua merasa lebih nyaman anak mereka divaksinasi," kata Clark, dikutip dari laman Daily Mail, Kamis (29/7).