REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak sedikit orang yang khawatir dengan potensi efek samping vaksin Covid-19. Kasus yang dialami oleh perempuan berusia 34 tahun, Georgia-Rose Segal, contohnya telah membuat orang yang skeptis terhadap vaksin menjadi makin enggan divaksinasi setelah melihat videonya yang viral di internet.
Usai mendapatkan vaksin Covid-19 dosis kedua, Georgia didiagnosis dengan gangguan neurologis fungsional (FND), kondisi yang membuatnya kesulitan berjalan. Namun, dokter mengatakan bahwa functional neurological disorder memiliki sejumlah penyebab yang mendasarinya dan vaksin bukan satu-satunya.
FND adalah kondisi yang dapat membuat penderita mengalami berbagai gejala, mulai dari kejang, gerakan tersentak, masalah berjalan, bicara cadel, kesemutan, hingga penglihatan berbayang. Belum diketahui secara pasti apa penyebab dari gangguan ini, namun kemungkinan faktor-faktor seperti nyeri kronis, kelelahan, dan stres dapat membuat kondisi ini lebih rentan terjadi.
View this post on Instagram
Jon Stone, seorang profesor di bidang neurologi di Royal Infirmary of Edinburgh, Inggris mengatakan tercatat bahwa sekitar 10 ribu orang setiap tahunnya mengalami FND. Ia menyebut FND bisa terjadi setelah seseorang terlebih dahulu mengalami penyakit ringan, karena itu bukan tidak mungkin kondisi ini terjadi setelah vaksin.
"Dalam pandangan saya, tidak seorangpun harus merasa dipaksa untuk mendapat vaksin jika tak menginginkannya. Namun, tak ada cara menghindari FND karena itu bisa terjadi secara acak," ujar Stone, dilansir The Sun, Selasa (27/7).
Menurut Stone, FND sering terjadi setelah seseorang mengalami cedera fisik ringan atau dipicu oleh penyakit fisik lainnya. Sebagai contoh, ia pernah melihat seseorang menderita FND setelah pingsan dan mengalami benturan ringan di kepala.
"Sebelumnya, pasien normal tanpa memiliki riwayat psikologis dan bekerja penuh waktu," jelas Stone.
Sementara itu, Jan Coebergh, konsultan ahli saraf di Rumah Sakit Universitas St George, London, mengatakan bahwa vaksin dapat memicu FND. Tetapi, ia menekankan bahwa "pemicu" tidak sama dengan "penyebab".
"Ini bisa terjadi setelah vaksin, tetapi tidak disebabkan dalam arti tertentu. Terkadang, kami menggunakan kata "pemicu"," kata Coebergh.
Coebergh menyebut bahwa pandemi Covid-19 bisa meningkatkan risiko pengembangan FND. Stres dan ketidakpastian tentang vaksin, termasuk efek sampingnya atau kekhawatiran rasa sakit saat disuntik dapat mendorong kondisi ini berkembang.