REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis serius yang merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Setelah lebih dari satu tahun pandemi Covid-19, ada cukup bukti bahwa orang dengan tekanan darah tinggi lebih mungkin mengalami sakit parah atau meninggal jika terkena Covid-19.
Hipertensi adalah kondisi medis serius yang bertanggung jawab atas setidaknya 10,4 juta kematian. Para ahli di Family Planning Association of India (FPAI) menyatakan keprihatinan atas meningkatnya insiden hipertensi, yang dapat menambah beban penyakit di negara yang dilanda pandemi Covid-19.
Dalam peluncuran Project PrACHI (Advokasi Prioritas untuk Pengendalian Hipertensi di India), para ahli mengatakan selama pandemi Covid-19, banyak orang menunda kunjungan rutin untuk mengecek kondisi kesehatan kronis seperti hipertensi. Paradoksnya, pasien hipertensi yang mengembangkan Covid-19 lebih mungkin dirawat di rumah sakit dibandingkan individu normotensif. Kehadiran hipertensi juga tampaknya terkait dengan hasil yang lebih buruk dari Covid-19.
Penting bagi orang yang memiliki hipertensi untuk terus minum obat sesuai resep, terutama selama pandemi dan memantau sendiri tekanan darah mereka di rumah kapan pun. Di seluruh dunia, setidaknya 1,13 miliar orang hidup dengan kondisi kronis itu.
Menurut Direktur Regional Global Health Advocacy Incubator (GHAI), Vandana Shah, mengatakan, prevalensi hipertensi yang tinggi menuntut harga yang luar biasa pada kesehatan masyarakat. Pandemi telah menunjukkan bagaimana orang yang hidup dengan kondisi kronis seperti hipertensi dapat menjadi lebih sakit dan lebih berisiko meninggal.
Penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung iskemik dan strok adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia, terhitung 17,7 juta kematian setiap tahun. WHO memperkirakan, India menyumbang lebih dari seperlima dari kematian itu.
Hipertensi yang tidak terdeteksi dan tidak diobati telah menduduki peringkat sebagai faktor risiko tertinggi untuk penyakit jantung dan kematian. Kecuali tekanan darah diukur, hipertensi tidak dapat dideteksi, karena tidak memiliki gejala.
Pemeriksaan kesehatan preventif secara teratur harus didorong, terutama di kalangan usia kerja (35-65 tahun) dan wanita di usia reproduksi untuk mengetahui hipertensi yang mendasarinya, yang berpotensi dapat menyebabkan kardiovaskular merugikan atau peristiwa kesehatan reproduksi.