REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musisi asal Inggris Eric Clapton kembali menunjukkan penolakannya terhadap vaksinasi Covid-19. Kali ini, ia menyatakan bahwa dirinya tak bersedia untuk tampil di lokasi pertunjukan yang mewajibkan penonton memperlihatkan sertifikat vaksinasi sebagai syarat masuk.
Dilansir laman New York Times, Clapton mengungkapkan hal tersebut di akun Telegram dari produser film dan arsitek Robin Monotti yang juga dikenal sebagai tokoh antivaksinasi Covid-19. Pernyataan Clapton itu merupakan responsnya terhadap pengumuman Perdana Menteri Boris Johnson yang menyebut bahwa sertifikat vaksinasi akan diperlukan sebagai syarat masuk lokasi pertunjukan langsung maupun kelab malam di tengah meningkatnya kasus Covid-19.
"Menyusul pengumuman Perdana Menteri, dengan bangga saya umumkan bahwa saya tidak akan tampil kalau ada penonton yang didiskriminasi. Saya berhak membatalkan penampilan jika hal itu terjadi," ungkap Clapton yang melengkapi pernyataannya dengan tautan "Stand and Deliver", lagu kolaborasinya dengan Van Morrison yang menentang pemberlakuan karantina wilayah.
Terlepas dari kampanye antivaksinasinya, Clapton sebetulnya telah menerima suntikan vaksin Covid-19 yang dikembangkan AstraZeneca pada Februari. Hanya saja, ketika itu ia mengaku mengalami efek samping yang membuatnya sampai khawatir tidak akan bisa bermain gitar lagi.
Menurut Clapton, usai mendapatkan dosis pertama vaksin Covid-19, ia merasa demam, berkeringat, menggigil, dan tak dapat beraktivitas selama sepekan. Begitu disuntik dosis kedua, gangguan syaraf tepinya seperti memburuk.
Clapton mengaku sangat kesakitan. Tangannya kebas hingga tak bisa digerakkan selama tiga pekan.