Hasilnya, dibandingkan dengan pengalaman belanja sebelum pandemi. Dari 2.500 responden dari seluruh negeri, individu tahan pangan cenderung menghabiskan lebih banyak uang untuk menimbun makanan, mengurangi potensi paparan Covid-19, dan bersiap menghadapi risiko kekurangan pangan.
Sebaliknya, individu yang rawan pangan tidak dapat mempersiapkan dengan cara yang sama karena mereka memiliki anggaran yang jauh lebih terbatas. Pengumpulan data berlangsung pada Mei 2020, selama puncak pandemi di AS.
Menurut Xu, pandemi memperburuk disparitas antara orang yang tahan dan rawan pangan. Dia menegaskan bahwa kerawanan pangan memiliki konsekuensi kesehatan yang serius. Kurangnya akses atau sumber daya yang dapat diandalkan untuk mendapatkan makanan bergizi berkontribusi pada sejumlah masalah kesehatan, termasuk diabetes dan penyakit kardiovaskular.
"Menurut kami ini adalah masalah serius dan mengkhawatirkan yang menunjukkan bahwa Covid-19 berdampak pada populasi berlainan secara berbeda. Makanan sangat berhubungan dengan kesehatan. Kerawanan pangan menambah lapisan masalah lain," kata Xu, dikutip dari laman News-Medical.