Jumat 09 Jul 2021 00:25 WIB

WHO Minta Gencarkan Vaksin di Tengah Penyebaran Delta

Varian delta sebabkan "gelombang kematian" di negara dengan akses vaksin rendah.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Varian delta sebabkan
Foto: Republika/Thoudy Badai
Varian delta sebabkan "gelombang kematian" di negara dengan akses vaksin rendah.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan pemerintah negara-negara di dunia semakin menggencarkan vaksinasi Covid-19. Menurut Direktur Umum WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, hal itu penting di tengah semakin menyebarnya varian delta.

Ghebreyesus menyampaikan seruannya pada hari yang sama ketika dunia mencapai tonggak sejarah suram angka kematian akibat Covid-19 mencapai empat juta jiwa. Dia memperingatkan bahwa varian delta menyebabkan "gelombang kematian" di negara dengan akses yang lebih rendah ke vaksin.

Baca Juga

"Varian saat ini memenangkan perlombaan melawan vaksin karena produksi dan distribusi vaksin yang tidak merata. Tidak harus seperti ini dan ke depan tidak bisa terus begini," ujar Ghebreyesus pada konferensi dua mingguannya di Jenewa, Swiss, dikutip dari laman Fox News, Kamis (8/7).

Pakar biologi asal Etiopia itu secara khusus menyampaikan permintaan kepada para pemimpin dari negara-negara kelompok ekonomi utama G-20 yang akan bertemu pekan ini. Ghebreyesus mengimbau mereka bekerja sama membantu menyediakan vaksin dan alat kesehatan lainnya di negara-negara yang membutuhkan.

Dia menyebut nasionalisme vaksin, di mana segelintir negara mengambil bagian terbesar atas vaksin, secara moral tidak dapat terus dipertahankan. Pada tahapan pandemi yang kini berlangsung, dia menyayangkan fakta bahwa jutaan petugas kesehatan dan petugas perawatan masih belum divaksinasi.

Pemimpin teknis penanggulangan Covid-19 WHO Maria Van Kerkhove menuturkan bahwa varian delta yang pertama terdeteksi di India kini telah menyebar ke 104 negara. "Varian delta memiliki transmisibilitas yang lebih tinggi daripada varian Alpha. Jika bertahan, virus itu akan menyebar," kata Van Kerkhove.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyampaikan bahwa varian delta menjadi strain dominan di AS. Pada Rabu (7/7), varian itu bertanggung jawab atas 51,7 persen kasus baru. Di beberapa negara bagian, varian delta bahkan lebih dominan.  

Negara bagian Utah mencatat varian tersebut bertanggung jawab atas 80 persen kasus di wilayahnya, yang rata-rata memiliki hampir 400 kasus baru sehari selama sepekan terakhir. Angka itu hampir dua kali lipat jumlah kasus di sana pada awal Juni.

Sementara, di Missouri, varian delta bertanggung jawab atas 73,3 persen kasus baru. Di tengah penyebaran delta yang mengkhawatirkan, tiga vaksin yang telah disetujui untuk penggunaan darurat di AS terbukti memberikan perlindungan memadai dari varian itu.

Pemerintahan Joe Biden kini mengupayakan vaksinasi "dari pintu ke pintu" setelah gagal memenuhi target vaksinasi 70 persen populasi pada HUT AS 4 Juli silam. Menurut CDC, per Rabu sebanyak 67,2 persen orang dewasa AS telah menerima setidaknya satu dosis vaksin dan 58,4 persen telah sepenuhnya divaksinasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement