Sabtu 03 Jul 2021 02:47 WIB

Ini Beberapa Persiapan Anak Bila Suatu Saat Kembali Sekolah

Orang tua diminta mendampingi dan membiasakan anak bangun pagi untuk kembali sekolah

Pelajar antre mencuci tangan sebelum mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka (PTM).
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Pelajar antre mencuci tangan sebelum mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka (PTM).

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Dampak pandemi Covid 19 ini memang luar biasa dan dialami oleh semua kalangan mulai dari anak-anak, orangtua, bahkan sampai lansia sekalipun. Tidak sedikit keluhan datang dari orangtua murid yang mengkhawatirkan anaknya terhadap perkembangan anaknya karena banyak beraktivitas dirumah. 

Psikolog klinis, Patria Rahmawaty,S.Psi,M.MPd,Psi membenarkan adanya perubahan psikologis anak dalam persiapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah nantinya.

"Mengingat anak-anak sudah lebih dari setahun melakukan pembelajaran jarak jauh secara daring, dengan mengandalkan sambungan internet," tutur Rahma, psikolog klinis dari Siloam Hospitals Balikpapan Kamis (01/07/2021) melalui edukasi webinar awam di Balikpapan. 

Menurut Rahma, sapaan akrabnya, pada tahap ini anak cenderung bersikap egosentris hingga ada kecenderungan untuk membandingkan dirinya dengan orang lain. Seperti saat ia melihat temannya melakukan sesuatu yang tidak bisa ia lakukan maka akan muncul perasaan rendah diri.

Oleh karena itu, menurut dia, anak diajak untuk peka pada keadaan sekitar salah satunya saat nanti mulai pemebelajaran tatap muka anak harus dapat bersikap beradaptasi dengan situasi yang ada saat ini seperti taat prokes, menjaga kesehatan dan tetap fokus untuk belajar. Anak diajak untuk dapat bersikap mandiri saat di sekolah.

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di JAMA Pediatrics Journal dan dilakukan di Hubei China serta melibatkan 2.330 anak sekolah yang membuktikan bahwa anak-anak usia sekolah yang mengalami karantina proses belajar akibat Covid-19 menunjukkan beberapa tanda-tanda tekanan emosional."Karena selama ini biasanya dilayani dirumah, jadi pada saat sekolah maunya dilayani juga, kemudian merasa dirinya lebih dibandingkan anak lain," papar Rahma.

Bahkan, penelitian lanjutan dari observasi tersebut menunjukkan 22,6 persen dari anak-anak yang di observasi mengalami gejala depresi dan 18,9 persen mengalami kecemasan. Hasil survei yang dilakukan oleh pemerintah Jepang juga menunjukkan hasil yang serupa, yaitu 72 persen anak-anak Jepang merasakan stress akibat Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement